SOLOPOS.COM - Ilustrasi kulit sapi yang terserang LSD. (bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id).

Solopos.com, SEMARANG — Sebanyak 1.000-an ekor Sapi dan Kerbau di Kabupaten Semarang terjangkit penyakit lumpy skin disease (LSD). Jumlah tersebut terhitung dari bulan Desember 2022 hingga menjelang akhir Januari 2023.

Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu, mengatakan penyakit yang menyebabkan kulit sapi dan kerbau berbenjol tersebut memang mudah menular.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

“Memang kenaikannya cukup banyak. Karena kondisi saat ini kan masih hujan. Sehingga perkembangan lalat pembawa virus tersebut semakin pesat,” kata Sunu kepada Solopos.com, Rabu (25/1/2023).

Saat ini pihaknya telah mengantisipasi penyebab virus tersebut dengan memberikan edukasi kepada peternak. Hal itu terkait kebersihan kandang, pemberian vitamin, dan pakan ternak yang mengandung protein yang tinggi.

“Sehingga imun dari ternak itu lebih meningkat lagi,” jelasnya.

Meskipun kasus LSD cukup banyak, risiko angka kematian ternak tidak sebanyak penyakit mulut dan kuku (PMK). Tercatat hanya ada empat ternak yang mati karena virus LSD.

Meski begitu, Sunu akan mengupayakan fogging untuk mematikan lalat yang merupakan vektor dari virus tersebut.

“Soalnya lalat yang sebagai vektor ini memiliki tingkat kekebalan keras. Lalatnya itu keras dibandingkan lalat-lalat biasa, itu menghisap darah,” ungkap Sunu.

Dengan merebaknya kasus LSD di kalangan peternak tersebut membuat sejumlah peternak mengalami penurunan penjualan sapi. Namun Sunu mengaku saat ini pasar hewan Kabupaten Semarang yang berada di Ambarawa masih tetap buka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya