SOLOPOS.COM - Ilustrasi penyakit campak. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mencatat ada temuan sekitar 1.735 kasus orang dengan gejala klinis campak sepanjang tahun 2022. Meski demikian, dari ribuan gejala itu hanya sekitar 160 kasus yang dinyatakan benar-benar positif terkena campak.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Rahmah Nur Hayati, mengatakan angka tersebut adalah hasil temuan di 35 kabupaten/kota. Dimana setiap daerah, ditarget menemukan minimal 2/100.000 penduduk dalam satu tahun untuk menggambarkan kondisi campak di daerah masing-masing.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

“Bila ditarik ke target provinsi hitunganya juga tercapai. Jadi dari 1.700-an lebih yang ditemukan gejala mirip campak itu, setelah kita ambil sampelnya, hanya 160 orang yang positif campak rubela dan itu rata di semua kelompok umur,” ujarnya kepada Solopos.com, Jumat (20/1/2023).

Kendati tak memperinci jumlah pasti, Rahma menyebut dari 160 kasus positif campak itu paling banyak berasal dari wilayah Soloraya, terutama Sukoharjo. Kemudian kasus campak terbanyak kedua di Jateng ada di wilayah Kabupaten Wonosobo.

“Kasaranya, rata-rata per kabupaten/kota itu ada tiga temuan. Banyak-banyaknya lima sampai delapan temuan. Terus Kota Semarang juga tinggi sebenarnya, tapi hanya pada klinisnya [gejala mirip campak],” ujar Rahma.

Lebih lanjut, ratusan orang yang terkena campak itu rata-rata memiliki gejala ruam dan demam. Namun, tak sedikit juga yang batuk, pilek, bahkan hingga konjungtivis.

“Ada yang komplikasi juga, dari awalnya batuk pilek menjadi sesak nafas. Ini [sesak nafas] bakal bahaya kalau menyerang bayi, bisa menyebabkan kematian. Tapi di Jateng tidak ada temuan kasus campak sampai meninggal,” jelasnya.

Sementara itu, Dinkes Jateng juga telah melakukan berbagai upaya untuk menekan persebaran penyakit campak di wilayahnya. Salah satu upaya itu dengan mengencarkan vaksinasi melalui Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) untuk anak.

Imunisasi pada anak itu perlu digenjot menyusul capaian vaksinasi campak pada 2021 mengalami penurunan drastis akibat pandemi Covid-19. Alhasil, kasus campak di Jateng mengalami peningkatan pada tahun 2022.

“Untuk vaksinasi, kita sudah ada programnya. Tahun 2022 ini juga capaianya membaik, sekitar 95 persen. Semoga ini berdampak pada penurunan kasus di 2023 nanti,” tutupnya.

Sekadar informasi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, menyebut saat ini sudah ada 53 kejadian luar biasa (KLB) campak di 34 kabupaten/kota. KLB itu tersebar dari Pulau Sumatra hingga Provinsi Papua. Selain itu, wilayah bisa dinyatakan dan ditetapkan sebagai KLB bila memiliki minimal lima kasus campak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya