SOLOPOS.COM - WNI Myanmar yang disekap setelah dijanjikan bekerja di Thailand. (Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG — Sebanyak 20 warga negara Indonesia (WNI) disekap, disiksa, dan terancam diperdagangkan di Mnyanmar. Tak hanya itu, bagi mereka yang ingin pulang, dimintai tebusan sebanyak Rp200 juta per kepala.

Salah seorang saudara korban penyekapan, Rosa, 37, menceritakan jika para korban ini sebelumnya diberangkatkan untuk bekerja di Thailand. Namun faktanya, korban justru dibawa ke Myanmar dan bekerja dengan tidak layak.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

“Saudara saya berangkat 23 Oktober 2022, ditawari salah satu kenalan dekatnya. Ditawari bekerja di Thailand. Lantaran kenal dekat, saudara saya percaya. Terus, karena prosesnya sangat cepat, hanya empat hari setelah bilang mau, langsung dihubungi agen lainya. Suruh buat surat lamaran, wawancara fiktif. Jadi saudara saya enggak sempat ngecek-ngecek [di internet terkait agen tersebut] karena fokus ngurus persyaratan. Kemudian langsung dikirim tiket untuk berangkat ke Thailand,” terang Rosa kepada Solopos.com, Kamis (27/4/2023).

Lebih lanjut, saat perjalanan dan setibanya di Bangkok, 20 orang WNI termasuk suami Ema itu langsung dibawa ke perbatasan Thailand dan Myanmar. Mereka dibawa pergi dengan kawalan dua orang bersenjata.

Di tempat terpencil yang ditak diketahui lokasi pastinya itu, mereka dipaksa bekerja mulai dari pukul 20.00 malam hingga pukul 13.00 siang. Tugas mereka adalah mencari kontak-kontak sasaran untuk ditipu melalui website atau aplikasi Crypto sesuai dengan target perusahaan. Apabila target tersebut tak tercapai, mereka akan dihukum secara fisik.

“Mereka dibawa ke perbatasan kota di Mae Sot Thailand, di daerah konflik. Lokasi tepatnya tidak tahu, seperti di hutan-hutan. Banyak dijaga oknum-oknum bersenjata di sana. Nah mereka di sana bekerja dan disiksa, ada yang di setrum, dipukul dengan kursi. Ada juga yang hanya disuruh push up, lari jongkok juga,” beber warga asal Bandung, Jawa Barat itu.

Tak hanya itu, bagi mereka yang ingin mundur dari perusahaan skeming tersebut juga dimintai tembusan. Per kepala atau per orang senilai Rp200 juta.

“Ada yang ingin mundur dan perusahaanya alasanya gini, sudah keluarkan uang banyak untuk berangkatkan mereka. Jadi kalau mau mundur harus tebus Rp200 juta. Kalau engak sanggup, diminta kerja di sana sampai bisa tembus diri sendiri,” imbuhnya.

Rosa berharap Pemerintah merespons permintaan atau mengulurkan tangan kepada ke-20 WNI yang telah meminta pertolongan pulang tersebut. Sebab, selain dipekerjakan tak layak, mereka saat ini juga diduga terancam diperdagangkan.

“Harapanya pemerintah benar-benar memberikan perhatian khsuus. Memang di sana daerah konflik sehingga terjadi kendala. Tapi kan bukanya tak mungkin untuk menyelamatkan saudara-saudara kita. Jadi harapanya, pemerintah membuat satgas khsus untuk menangani ini,” harapnya.

Sekadar informasi, Rosa mendapat update kondisi 20 WNI di Myanmar dari salah satu dari mereka yang di sana. Rosa dihubungi melalui pesan singkat namun tak berani membalas pesan tersebut lebih jauh.

“HP memang di sita. Tapi salah satu dari mereka ada yang berhasil menyembunyikan. Tapi kondisi sekarang mulai terbatas, beda dengan kemarin-kemarin. Jadi saya enggak bisa chat duluan, harus mereka yang kasih update,” katanya yang terakhir kali mendapat update tadi pagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya