SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, BATANG — Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah kembali menjemput 11 korban selamat gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah, untuk dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing. Hingga Jumat (12/10/2018) pagi, sudah 24 korban selamat gempa di Donggala dan Palu dipulangkan.

Bupati Batang Wihaji mengatakan bahwa sebelumnya pemkab telah memulangkan 13 korban selamat gempa dan tsunami belum lama ini dan selanjutnya kembali memulangkan 11 korban selamat bencana yang bekerja sebagai kuli bangunan di Donggala-Palu. “Sebanyak 11 korban selamat ini semula masih ditahan oleh mandor karena merasa mempunyai tanggung jawab pada anak buahnya yang belum mendapatkan bayaran atau gaji. Namun setelah mendapat gaji para korban diperbolehkan pulang dan kemudian kami jemput di Palu,” katanya di Batang, Jumat (12/10/2018).

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Menurut dia, saat ini masih tersisa tujuh warga Batang yang masih berada di Sigi dan Donggala sehingga Pemkab masih terus memantau perkembangan mereka apakah mau pulang ke Kabupaten Batang atau bertahan bekerja di sana (Donggala-Palu). “Kami akan fasilitasi jika mereka mau pulang ke Batang. Akan tetapi yang pasti warga Batang yang menjadi korban meninggal dunia di Donggala-Palu hanya korban satu orang,” katanya.

Kepala Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Satu Pintu, dan Tenaga Kerja (DPMPTSP dan Naker) Kabupaten Batang Sri Purwaningsih mengatakan 24 warga dari 31 warga Batang yang berada di Donggala-Palu telah dipulang ke kampung halamannya masing-masing.  “Total ada 31 warga Batang yang ada di Palu yang dinyatakan selamat sebanyak 28 orang, karena satu orang meninggal dunia. Para korban sempat transit beberapa saat di rumah dinas bupati,” katanya.

Sebanyak 11 tersebut yaitu Sunadi, Sutrimo, Judi, Toto, Tasno, Ahmadi, Basir, Musafikin, Slamet Ngaman, Ropi’i, dan Kodirin, semuanya warga Desa Sukomangli, Kecamatan Reban. Korban selama gempa Palu Judi, 36, mengatakan dirinya bersama teman sekampungnya mengadu nasib dengan bekerja sebagai buruh bangunan di Palu.

“Kami sudah bekerja di Palu selama lima bulan. Akan tetapi, kami tak menyangka jika tempat bekerja digunjang gempa dan tsunami begitu dahsyat hingga memporak-poranda permukiman dan ribuan korban,” katanya.

Yudi tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan matanya berkaca-kaca saat menceritakan peristiwa gempa dan tsunami yang hampir sempat merenggut nyawanya. “Saat kejadian, saya hanya mengumandangkan takbir karena saya sudah pasrah dan hanya bisa pasrah. Saat itu, saya melihat banyak korban tertimpa bangunan dan meninggalkan di tempat tanpa sempat meminta tolong, namun saya tidak bisa menolong dengan kondisi yang sangat mencekam itu,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya