Jateng
Selasa, 5 September 2023 - 14:18 WIB

254,1 Hektare Lahan Padi di Jateng Puso Terdampak Kekeringan, Ini Sebarannya

Adhik Kurniawan  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (google img)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat lahan pertanian padi seluas 5.150,7 hektare mulai terdampak kekeringan seiring masuknya puncak musim kemarau. Kendati ada ribuan hektare, luas lahan terdampak puso di Jateng mencapai sekitar 254,1 hektare.

Kepala Distanbun Jateng, Supriyanto, mengatakan hingga Agustus 2023 ini dampak kekeringan di 35 kabupaten/kota beragam, mulai dari ringan, sedang, berat, hingga puso.

Advertisement

Lahan puso kurang lebih 254,1 hektare itu tersebar di sejumlah daerah. Rinciannya berada di Banyumas, Cilacap, Brebes, Kendal, Kabupaten Pekalongan, Rembang, Kebumen, Kabupaten Tegal, dan Purworejo.

Tak hanya memetakan daerah puso, Distanbun Jateng juga mengelompokkan daerah berdasarkan risikonya. Hasilnya, Kabupaten Blora, Rembang, Wonogiri, dan Kota Semarang, masuk dalam kategori sangat kering dan mengalami defisiensi ketersediaan air yang tinggi, yakni di bawah 20 persen.

Advertisement

Tak hanya memetakan daerah puso, Distanbun Jateng juga mengelompokkan daerah berdasarkan risikonya. Hasilnya, Kabupaten Blora, Rembang, Wonogiri, dan Kota Semarang, masuk dalam kategori sangat kering dan mengalami defisiensi ketersediaan air yang tinggi, yakni di bawah 20 persen.

“Kami mendorong percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan,” kata Supriyanto kepada Solopos.com, Selasa (5/9/2023).

Selain itu, Distanbun Jateng juga terus berupaya melakukan peningkatan ketersediaan air. Caranya, dengan membangun atau memperbaiki embung, parit, sumur dalam, maupun sumur resapan.

Advertisement

Pedagang beras di Pasar Johar, Yoeng, 80, menilai dampak kekerigan yang melanda lahan pertanian ini menyebabkan harga beras kian naik.

Ia mengaku mulai kesusahan membeli beras dari petani di Rembang dan Sragen. Kekeringan yang melanda dua daerah itu megakibatkan pasokan beras tersendat.

“Sebagian petani memilih untuk menyimpan gabahnya. Ada yang dikonsumsi sendiri dan ada yang sengaja menunggu supaya harganya lebih tinggi lagi, baru mereka lepas ke pasar,” kata Yoeng.

Advertisement

Diberitakan sebelumnya, sejumlah lahan pertanian di Muria Raya juga sudah mulai terdampak kekeringan dan bahkan ada yang dibiarkan bera.

Hal itu seperti di Jepara. Lahan pertanian seluas 10.000 hektare dari total 26.000 hektare di Jepara telah mengalami bera.

Sementara di Pati, lahan pertanian seluas 5.000 hektare dari total sekitar 52.000 hektare tidak ditanami komoditas tanam atau sengaja dibikin bera.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif