Jateng
Senin, 24 Juli 2023 - 17:52 WIB

3 Maestro Dalang Asal Jateng yang Mendunia, Nomor 1 Lahir di Juwiring Klaten

Aghniya Fitrisna Damartiasari  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pementasan Wayang Kulit (Dok/JIBI/Harian Jogja/Solopos)

Solopos.com, SEMARANG — Wayang menjadi salah satu kesenian tradisional yang ada di Indonesia. Terdapat berbagai jenis wayang, di antaranya wayang kulit, wayang golek, wayang beber, hingga wayang orang.

Melansir dari laman Indonesia.go.id, Senin (24/7/2023), salah satu jenis pertunjukan wayang, yakni wayang kulit bahkan telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.

Advertisement

Namun, tahukah Anda? Jika ada sebuah profesi yang berperan penting di balik sebuah pertunjukan wayang? Ya, sosok tersebut adalah dalang. Mereka adalah ahlinya dalam merangkai cerita dan memainkan wayang.

Ada banyak sekali tokoh seni dalang yang dikenal di Indonesia. Namun, 3 maestro dalang asal Jawa Tengah berikut ini berhasil memperkenalkan wayang hingga mendunia, lo. Siapa saja? Berikut ulasannya.

Advertisement

Ada banyak sekali tokoh seni dalang yang dikenal di Indonesia. Namun, 3 maestro dalang asal Jawa Tengah berikut ini berhasil memperkenalkan wayang hingga mendunia, lo. Siapa saja? Berikut ulasannya.

1. Ki Anom Suroto

Pentas wayang kulit menampilkan dalang Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji dengan lakon Amarta Binangun di Pendapa Ageng Solo pada Minggu (25/9/2022). (Solopos.com/Dok.)

Daftar pertama dalang yang dikenal mendunia adalah Ki KRT. H. Lebdo Nagoro Anom Suroto atau dikenal Ki Anom Suroto. Ia lahir di Juwiring, Klaten pada 11 Agustus 1948. Ia mendapatkan darah seni dari ayahnya yang juga merupakan seorang dalang, Ki Sadiyun Harjadarsana sejak berusia 12 tahun.

Tak hanya belajar di satu tempat, Anom Suroto juga menempuh kursus pedalangan di beberapa tempat, seperti di Himpunan Budaya Surakatya (HBS), Pasinaon Dalang Mangkunegaran (PDMN), Pawiyatan Kraton Surakarta, serta di Habiranda, Yogyakarta.

Advertisement

Selain seni pedalangan, Anom Suroto juga pandai dalam mengolah dan menciptakan gending Jawa. Atas prestasinya, pada tahun 1995 Anom Suroto bahkan dihadiahi Satya Lencana Kebudayaan Republik Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia pada masa itu, Soeharto.

2. Ki Manteb Soedharsono

Dalang, Ki Manteb Soedharsono, memainkan wayang kulit dengan lakon Semar Tutur di GOR R. M. Said, Sabtu (7/11/2020). (Istimewa-Humas Protokol Pemkab Karanganyar)

Nama Ki Manteb Soedharsono tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Terlebih setelah kemunculannya di sebuah pariwara dan dikenal dengan jargon “pancen oye”.

Sama seperti Ki Anom Suroto, Manteb Soedharsono yang lahir di Sukoharjo, 31 Agustus 1948, juga mendapatkan darah seni dari ayahnya, Ki Hardjo Brahim yang juga merupakan seorang dalang.

Advertisement

Melansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, sejak kecil Ia memang dididik dengan sangat keras dalam mengolah kemampuannya di dunia seni pedalangan hingga akhirnya tumbuh menjadi seorang dalang kondang. Bahkan, Ia memulai kariernya dengan mendalang sejak usianya masih menginjak lima tahun.

Tak hanya itu, Ia juga dikenal sebagai dalang yang pandai berinovasi dalam menciptakan lakon serta gending yang mengiringinya. Berbeda dari seniornya, Ki Narto Sabdo yang ahli pada seni drama dan Ki Anom yang jago mengolah suara, Manteb Soedharsono memiliki kelebihan dalam caranya menggerakkan wayang (sabet).

Berkat keahliannya, Ki Manteb Soedharsono berhasil melakukan pentas wayang di beberapa negara di Asia, Eropa, bahkan Amerika. Di samping itu ke Thailand, Jepang, Swiss, Jerman, Inggris, hingga Suriname.

Advertisement

Setelah mendedikasikan hidupnya pada seni pedalangan, Ki Manteb Soedharsono wafat di usianya yang menginjak 72 tahun pada 2 Juli 2021 lalu karena sakit.

3. Slamet Gundono

Slamet Gundono (Dok/JIBI/Solopos)

Daftar ketiga dalang asal Jawa Tengah yang mendunia adalah Slamet Gundono. Ia lahir di Tegal pada 19 Juni tahun 1966.

Ayahnya, Ki Suwati ternyata juga seorang dalang. Ia mendalami kesenian dalang dengan menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Solo.

Berbeda dengan dua seniornya, Anom Suroto dan Manteb Soedharsono yang dikenal dengan seni pewayangan tradisional, Slamet Gundono dikenal dengan wayang suket buatannya.

Melansir dari laman dpad.jogjaprov.go.id, pentas wayang suket Slamet Gundono kali pertama digelar di Riau dengan lakon Kelingan Lamun Kelangan pada tahun 1997.

Selain pandai memainkan wayang, Slamet Gundono juga terkadang menyanyi dan memainkan musik kentrung yang menjadi ciri khasnya saat melakukan pertunjukan.

Cerita wayang suket yang dibawakan oleh Slamet Gundono juga selalu out of the box. Tak jarang, ia menyematkan cerita yang syarat akan sindiran dan kritik sosial.

Pada tahun 2005, Slamet Gundono berhasil meraih penghargaan Prince Claus dari Kerajaan Belanda atas upayanya melestarikan kesenian tradisional dengan cara yang modern.

Namun perjalanannya berkesenian harus terhenti di tahun 2014. Slamet Gundono harus berpulang karena komplikasi yang dideritanya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif