SOLOPOS.COM - Sungai Luk Ulo, wisata geologi di Geopark Karangsambung (Instagram/@dw.rshd)

Solopos.com, KEBUMEN — Geopark Karangsambung di Kebumen, Jawa Tengah, dikenal sebagai wahana penelitian geologi yang juga memiliki potensi wisata. Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung (KCAGK) menjadi daya tarik wisatawan yang ingin menikmati kekayaan alam hasil geologi yang membentang indah.

Dikutip dari karya literasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan judul Kolaborasi Pengembangan Geotourism Dan Potensi Lokal: Studi Kasus Desa Sadang Sebagai Bagian Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong, Senin (10/1/2022), terdapat tiga spot wisata geologi yang menarik di KCAGK ini, di antaranya:

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

Sungai Loning-Sungai Luk Ulo

Sungai Luk Ulo, wisata geologi di Geopark Karangsambung (Instagram/@dw.rshd)

Sungai ini merupakan hasil dari aktivitas geologis yang menjadi daya tarik wisata di Geopark Karangsambung. Di sungai ini, wisatawan akan diajak menyusuri kedua sungai menggunakan ban/pelampung yang telah dimodifikasi seperti perahu untuk arung jeram. Kegiatan yang disebut sebagai Geo-Tubing Dasar Samudra ini dimulai dari kawasan Kedung Sige dan mencapai akhir di belakang Kantor Kecamatan Sadang dengan panjang lintasan 4 km.

Baca juga: Misteri Legenda Suara Gamelan di Watu Kelir

Kondisi geologi sepanjang lintasan bagian hulu terdiri atas batuan beku basal, sekis, dan filit yang termasuk bagian dari subduksi palung laut yang terangkat ke permukaan. Bagian tengah sampai hilir dinding sungai didominasi breksi dengan komponen batu lempung yang diakibatkan pelongsoran gaya berat pada Eosen akhir dan Oligosen awal.

Hamparan batuan dasar samudra yang tersingkap ini memiliki tingkat kelangkaan dan keunikan serta kondisi air yang jernih telah dikembangkan menjadi salah satu situs wisata petualangan di Geopark Karangsambung. Pemerintah setempat juga telah memfasilitasi para wisatawan yang hendak melakukan kegiatan geo-tubing dengan kesiapan perlengkapan keselamatan serta paket makanan lokal yang menari.

Baca juga: Asal-Usul Pulau Jawa: Lantainya di Karangsambung Kebumen

Embung Cangkring

Embung Cangkring (Instagram/@jadesta.official)

Tempat penampungan air hujan ini terletak di 30 km dari pusat Kota Kebumen ke arah utara menuju Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Embung Cangkring berada pada ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lokasinya yang berada di puncak bukit membuat tempat ini sebagai titik pandang untuk melihat pemandangan perbukitan hasil tektonik komplek Sungai Luk Ulo.

Selain itu, Anda juga dapat melihat panorama perbukitan dari formasi Waturanda yang berumur lebih muda. Kawasan sekitar memiliki produk lokal berupa durian sadang dan madu asli yang dipanen dari hutan sekitar embung.

Baca juga: Dasar Pulau Jawa Ada di Kebumen, Ini Asal Usulnya

Makam Sunan Geseng

Makam ini tepat berada di bawah Embung Cangkring dengan jarak sekitar 2 km ke arah selatan melewati perkampungan warga dan hanya bisa dilewati dengan kendaraan roda dua. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 300 meter melewati persawahan. Sebelum memasuki makam, terdapat makam pendiri Desa Cangkringan,yaitu Calegsana dan Gunapraya yang merupakan murid dari Sunan Geseng.

Sunan Geseng adalah salah satu murid dari Sunan Kalijaga yang bernama asli Raden Mas Cokrojoyo, keturunan Prabu Brawijaya dan Dewi Rangganis yang merupakan Raja Majapahit. Keberadaan Sunan Geseng di Kecamatan Sadang ini dipercaya untuk melakukan syiar agama Islam ke daerah-daerah terpencil dan sekaligus bersembunyi dari kejaran penjajah.

Baca juga: Dasar Pulau Jawa Ada di Sini

Makam Sunan Geseng ini terletak pada  batu lempung dengan perlapisan tegak yang merupakan bagian dari formasi Totogan. Pada lokasi ini, ditemukan juga peninggalan sejarah berupa batu-batu berbentuk cekung yang diduga sebagai petilasan Pangeran Diponegoro, hanya saja keberadaan batu-batu tersebut banyak dicuri orang.

Wisatawan yang berkunjung biasanya memiliki tujuan-tujuan tertentu dan hanya ramai saat jumat kliwon dan selasa kliwon. Tidak ada informasi yang jelas dan kurangnya fasilitas pendukung membuat wisata budaya ini minim dikunjungi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya