SOLOPOS.COM - Sejumlah WNI yang diduga menjadi korban penyekapan di Myanmar. (Istimewa)

Solopos.com-SEMARANG — Sebanyak 20 orang warga negara Indoneisa (WNI) disekap, disiksa, dan terancam diperdagangkan di Myanmar. Saat ini, empat di antaranya ditempatkan di ruangan khusus karena dianggap menjadi provokator mogok kerja.

Kabar tersebut disampaikan Rosa, 37, salah satu saudara dari koban penyekapan. Dirinya mendapat kabar itu dari pesan singkat yang dikirimkan oleh salah satu WNI di Myanmar pada Kamis (27/4/2023) pagi. Salah satu WNI itu berhasil menyembunyikan handphone-nya (HP).

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

“Keadaan sekarang, jadi kan salah satu dari mereka dianggap tak menghasilkan sama sekali sejak awal kedatangan. Jadi terancam dijual ke perusahaan lainya. Terus saya juga enggak bisa chat duluan, harus mereka yang kasih update,” ungkap Rosa saat dihubungi Solopos.com, Kamis pagi.

Rosa pun mengungkapkan bila yang akan dijual adalah saudaranya. Lantaran sudah ramai pemberitaan terkait permasalahan 20 WNI ini, banyak perusahaan yang mau menerimanya.

“Masalahnya, mereka tahu di sini cukup viral. Perusahaan lain enggak mau beli mereka. Karena enggak mau mendatangkan masalah buat perusahaanya sendiri. Tapi karena saudara saya perempuan, kemudian diancam kalau memang perusahaan skimmer lainya enggak mau, sebagai gantinya bakal dijual ke tempat prostitusi,” beber warga asal Bandung itu.

Mengetahui ancaman tersebut, WNI lainya pun sepakat untuk melakukan mogok kerja. Sikap ini diambil sebagai rasa solidaritas agar teman-teman sesama warga Indonesia itu tak dijual dan tetap bisa kembali ke Indonesia secara bersama-sama.

“Karena rasa solidaritas mencoba mempetahankan dia, jadi 20 orang ini mogok kerja ceritanya. Lantaran mereka mogok kerja, mulai disekap oleh perusahaanya,” jelasnya.

Empat orang yang dianggap provokator, lanjut Rosa, disekap dan ditempatkan diruangan seperti penjara militer. Kemudian empat lainya tidak diketahui kabar maupun keberadaanya, namun empat orang yang tidak diketahui ini juga diancam bakal dijual.

“Kemuduan sisanya 12 orang disekap satu kamar,” lanjutnya.

Rosa berharap Pemerintah merespons permintaan atau mengulurkan tangan kepada ke-20 WNI yang telah meminta pertolongan pulang tersebut. Sebab, selain dipekerjakan tak layak, mereka saat ini juga diduga terancam diperdagangkan.

“Harapanya pemerintah benar-benar memberikan perhatian khusus. Memang di sana daerah konflik sehingga terjadi kendala. Tapi kan, bukannya tak mungkin untuk menyelamatkan saudara-saudara kita. Jadi harapanya pemerintah membuat satgas khsus untuk menangani ini,” harapnya.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 20 orang warga negara Indoneisa (WNI) disekap dan disiksa di Myanmar. Puluhan orang tersebut kini terancam dipisahkan dan diduga bakal diperdagangkan ke perusahan-perusahaan lain.

Saat perjalanan ke Thailand dan setibanya di Bangkok, 20 orang WNI itu langsung dibawa ke perbatasan Thailand dan Myanmar. Mereka dibawa pergi dengan kawalan dua orang bersenjata dan berseragam militer.

Di tempat terpencil yang ditak diketahui lokasi pastinya itu, mereka dipaksa bekerja mulai dari pukul 20.00 malam hingga pukul 13.00 siang. Tugas mereka adalah mencari kontak-kontak sasaran untuk ditipu melalui website atau aplikasi Crypto sesuai dengan target perusahaan. Apabila target tersebut tak tercapai, mereka akan dihukum secara fisik.

“Awalnya enggak ada hukuman. Tapi setelah dua Minggu training, tiba-tiba bila target satu nomor orang luar negerinya enggak tercapai, ada hukumanya. Seperti lari, push up, squat jump 100 sampai 500 kali. Ada juga yang dalam lima hari enggak dapat satu kontak, sampai dicambuk dan disetrum,” ungkap Ema Ulfatul Hilmiah, 28, istri salah satu korban penyekapan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya