Jateng
Selasa, 9 November 2021 - 11:16 WIB

4 Fakta Wong Kalang: Dianggap Keturunan Kera & Anjing

Yesaya Wisnu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi wong kalang di Festival Budaya Kalang 2017 (Instagram/@syaiful_sipit)

Solopos.com, BLORA  — Suku Kalang atau biasa disebut sebagai wong kalang pemilik harta karun yang banyak diburu ini merupakan salah satu suku kecil yang mendiami Pulau Jawa sejak zaman purbakala. Keberadaan mereka sudah ada terlebih dahulu sebelum kedatangan ras Austronesia atau Melayu, nenek moyang suku Jawa yang saat ini menjadi suku dominan di Indonesia

Meskipun keberadaan mereka paling dominan berada di Kabupaten Blora. Rembang, Tuban, dan Bojonegoro, namun penyebaran wong kalang juga cukup luas di area Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogykarta (DIY) pada umumnya, seperti di Kabupaten Cilacap, Kebumen, Kendal, Kota Surakarta dan Kota Yogyakarta.

Advertisement

Saat kedatangan ras austronesia tersebut, beberapa wong kalang ada yang membaur namun ada juga yang memilih untuk mengasingkan diri ke hutan sebagai upaya mempertahankan eksistensi dari sisi generasi dan kebudayaan mereka. Berikut ini fakta-fakta tentang warga Suku Kalang yang dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber, Selasa (9/11/2021):

Baca Juga: Wong Kalang Pemilik Harta Karun di Blora: Penjaga Hutan & Ahli Kayu

Advertisement

Baca Juga: Wong Kalang Pemilik Harta Karun di Blora: Penjaga Hutan & Ahli Kayu

Berbadan Kuat dan Tegap

Kata “kalang” berasal dari Bahasa Jawa yang artinya batas. Istilah itu kali pertamaditemukan pada prasasti kuburan candi di Desa Tegalsari,  Kecamatan Tegalharjo, Kabupaten Magelang yang berangka tahun 753 Saka atau 831 Masehi.

Advertisement

Lingkungan  menempa mereka menjadi kelompok pekerja keras. Oleh sebab itu, Kerajaan Majapahit sempat memanfaatkan mereka untuk proyek-proyek fisik berskala besar, seperti penebangan pohon, juru angkut, dan prajurit tempur di medan perang.

Baca Juga: Jejak Hidup Wong Kalang Pemilik Harta Karun di Blora: Dari Solo-Tuban

Dianggap Keturunan Kera dan Anjing

Advertisement

Dalam buku Javaansch Nederduitsch Woordenboek disebutkan wong kalang adalah sebuah nama etnis Jawa yang dianggap hina. Ada yang beranggapan bahwa mereka dulunya adalah keturunan kera atau anjing.

Walau dikucilkan dan hidup terpisah dengan warga lainnya, hubungan antara wong kalang dan warga sekitar tetap terjalin baik. Namun karena karakternya keras, liar, dan berbahaya, justru menghambat interaksi antara wong kalang dengan masyarakat modern di sekitarnya.

Ritual Obong

Advertisement

Wong kalang memiliki kebiasaan membakar pakaian milik kerabat yang sudah meninggal. Lalu pada hari ketiga setelah upacara penguburan jenazah, diadakan selamatan yang dilangsungkan juga pada hari ketujuh, ke-40, ke-100 dan terakhir ke-1.000. Tradisi ini mirip dengan tahlilan pada budaya Islam di tanah Jawa. Pada acara selamatan yang terakhir, biasa disebut sebagai entas-entas. Pada 2018 lalu, ritual unik wong kalang ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca Juga: Asale Wong Kalang Pemilik Harta Karun di Blora: Pernah Tinggal di Solo

Sudah Memeluk Islam

Wong kalang yang memilih membaur dengan masyarakat umum saat ini sudah memeluk Agama Islam dan sebagian besar sudah berbaur dengan masyarakat pada umumnya, baik dalam tradisi dan kebudayaan. Karena sudah berakulturasi dan beradaptasi dengan baik, nyaris tidak ada perbedaan antara wong kalang dengan orang Jawa moderat. Umumnya, kehidupan mereka teratur dan makmur dan bahkan banyak yang sukses menjadi pengusaha.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif