SOLOPOS.COM - Ilustrasi cadangan beras di Bulog Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng). (Solopos.com/Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Lahan pertanian padi seluas 5.150,7 hektare di Jateng mulai terdampak kekeringan seiring masuknya puncak musim kemarau. Fenomena yang tercatat di Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng hingga Agustus 2023 tersebut berdampak pada naiknya harga beras di pasaran.

Kepala Distanbun Jateng, Supriyanto, mengaku telah mengidentifikasi atau memetakan lokasi terdampak kekeringan serta mengelompokkan daerah berdasarkan risikonya.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Hasilnya, Kabupaten Blora, Rembang, Wonogiri, dan Kota Semarang, masuk dalam kategori sangat kering dan mengalami defisiensi ketersediaan air yang tinggi, yakni di bawah 20 persen.

“Kami mendorong percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan. Selain itu, peningkatan ketersediaan air juga terus kami lakukan melalui pembangunan atau perbaikan embung, parit, sumur dalam, maupun sumur resapan. Rehabilitasi jaringan irigasi tersier serta pompanisasi juga kami upayakan,” kata Supriyanto kepada Solopos.com, Selasa (5/9/2023).

Tak hanya itu, penyediaan benih tahan kekeringan, pengembangan pupuk organik terpusat, serta dukungan pembiayaan kredit usaha dan asuransi pertanian juga terus dilakukan. Adapun, penyediaan lumbung pangan sampai tingkat desa juga didorong.

Melalui sejumlah antisipasi tersebut, Distanbun Jateng mengeklaim belum ada dampak penurunan produktivitas padi di wilayahnya akibat kondisi kekeringan itu.

Ia menyampaikan jika produksi gabah kering giling (GKG) di Jateng dari Januari hingga Agustus 2023 sebanyak 7.904.881 ton atau masih lebih banyak 77.031 ton dibandingkan dengan produksi GKG pada Januari-Agustus 2022, yakni 7.827.850 ton.

Kendati diklaim belum ada penurunan, data dari sistem informasi harga dan produk komoditi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng menunjukan sudah ada kenaikan harga beras mencapai Rp500 per kilogramnya. Kenaikan tersebut terjadi sejak 1 Agustus hingga 1 September lalu.

Bahkan di tingkat Provinsi Jateng, kenaikan harga beras IR 64 medium pada periode 1 Agustus hingga 1 September mencapai Rp700 per kilogramnya. Perbandinganya, pada saat 1 Agustus harga beras IR 64 medium hanya Rp11.318 per kilogram, sedangkan pada 1 September mencapai Rp12.000 per kilogram.

Meski ada kenaikan, namun data tersebut sedikit berbeda dengan harga di pasar tradisional maupun di tengah masyarakat. Sebab jika dibandingkan, selisih harga cukup jauh, berkisar di angka Rp500 hingga Rp1.500 per kilogramnya.

Salah seorang pedagang beras di Pasar Johar, Yoeng, 80, mengeluhkan adanya kenaikan harga beras akibat kekeringan. Bahkan di Kota Semarang, kenaikan harga beras disebut sudah terjadi sebanyak empat kali sepanjang Agustus 2023 ini.

“Awal agustus itu, satu karung beras isi 25 kilogram harganya Rp270.000. Kemudian naik jadi Rp282.000 per karung. Lalu naik lagi menjadi Rp295.000. Terakhir, di awal pekan ini menjadi Rp315.000 per karung,” kata Yoeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya