Jateng
Kamis, 3 Oktober 2019 - 16:50 WIB

9.676 Hektare Sawah di Jateng Gagal Panen

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi musim kemarau. (JIBI/Bisnis/Semarangpos.com/Dok.)

Semarangpos.com, SEMARANG — Sekitar 9.676 hektare sawah di Jawa Tengah (Jateng) mengalami puso atau gagal panen akibat kemarau panjang tahun ini.

Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultural dan Perkebunan (BPTPHP) Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng,Herawati, mengatakan sawah puso atau yang mengalami gagal panen tersebar di 26 kabupaten/kota yang ada di Jateng.

Advertisement

“Kalau yang terdampak kekeringan [lahan pertanian di Jateng] mencapai 61.000 hektar. Tapi yang gagal panen sekitar 9.676 hektare. Yang paling parah di Grobogan. Total luasnya mencapai 1.827 hektare,” terang Herawati saat dihubungi Semarangpos.com, Kamis (3/10/2019).

Herawati mengungkapkan sawah yang mengalami puso itu rata-rata karena tidak mendapat asupan air. Sumber irigasi, seperti sungai dan waduk yang mengaliri area persawahan mulai mengering karena musim kemarau berkepanjangan.

Kondisi itu bahkan membuat sebagian petani berhenti menggarap sawahnya. Ada pula petani yang memilih untuk memanen hasil pertanian lebih awal dari jadwal yang ditentukan karena khawatir sawahnya kebabisan air.

Advertisement

“Kondisi saat ini memang sumber airnya sudah menyusut. Jadinya, para petani sekarang sudah tidak bisa menanam lagi. Karena kalau dipaksakan, hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Sumber air dari waduk dan sungai juga habis. Yang biasanya menanam palawija, saat ini tidak bisa dilakukan lagi,” tutur perempuan yang akrab disapa Hera.

Hera menambahkan berdasar informasi yang diterima dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) musim kemarau panjang akan berakhir sekitar bulan November nanti.

“Informasinya hujan baru turun November nanti. Berarti aktivitas pertanian kemungkinan bisa berjalan lagi di bulan itu,” tuturnya.

Advertisement

Hera memperkirakan akibat gagal panen itu petani di Jateng menderita kerugian mencapai Rp348 miliar. Potensi hasil produksi yang hilang akibat sawah puso itu ditaksir mencapai 69.760 ton.

Hera pun mengimbau kepada petani untuk tetap bersabar sambil menunggu hujan turun yang diprediksi terjadi pada November nanti. “Kita akan terus upayakan supaya para petani di 26 daerah yang terdampak kekeringan dapat bantuan dari pemerintah,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif