Jateng
Jumat, 3 Februari 2023 - 18:18 WIB

Ada Jejak Toleransi Beragama dalam Semangkuk Soto Kudus, Bermula di Abad ke-16

Aghniya Fitrisna Damartiasari  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Soto Kudus Bening (Instagram/@hanirosyidah)

Solopos.com, KUDUS — Menilik jenis varian kuliner soto di Indonesia memang tak ada habisnya. Masing-masing daerah mempunyai ciri khas baik dari bentuk tampilan hingga cita rasa yang berbeda dari sajian sotonya.

Meskipun letak geografisnya berdekatan, belum tentu sajian soto antara satu daerah dengan lainnya memiliki konsep sajian yang serupa. Sebut saja Semarang dan Kudus, dua kota yang berdekatan ini mempunyai perbedaan pada sajian sotonya.

Advertisement

Sebagaimana diberitakan Solopos.com pada Sabtu (31/10/2022), seporsi soto Kudus terdiri dari nasi, taoge, potongan daging yang disiram dengan kuah kaldu dan diberi taburan bawang putih goreng dan juga daun bawang. Walaupun terbilang serupa, soto khas Semarang dan soto khas Kudus mempunyai perbedaan dari segi penyajian kuah dan cita rasanya.

Kuah soto Semarang berwarna bening kecokelatan. Sedangkan kuah soto Kudus berwarna kuning keruh dan teksturnya lebih pekat karena dalam proses pembuatan soto Kudus biasanya menggunakan santan.

Jika Anda sering menjumpai soto Semarang atau jenis soto lainnya disajikan dengan suwiran ayam atau irisan daging sapi, lain halnya dengan soto Kudus yang hanya menggunakan daging kerbau.

Advertisement

Lalu, mengapa demikian? Ternyata terdapat sejarah menarik yang membuat sajian soto khas Kudus tak sekadar menjadi hidangan lezat dan mengenyangkan, tapi juga mengandung filosofi.

Melansir dari laman its.ac.id, Jumat (3/2/2023), kisah semangkuk soto Kudus bermula di abad ke-16 saat satu dari sembilan anggota Wali Songo, Ja’far Shadiq ditugaskan untuk berdakwah dan menyebarluaskan agama Islam di wilayah Kudus.

Diceritakan saat itu Ja’far Shadiq atau yang kini lebih dikenal sebagai Sunan Kudus mampu mempersatukan keberagaman masyarakat Kudus melalui sajian soto. Di masa dakwahnya, masyarakat Kudus saat itu masih kental dengan budaya Hindu.

Advertisement

Sunan Kudus lantas menyarankan penggunaan daging sapi diganti dengan daging kerbau pada setiap masakan yang disajikan, termasuk salah satunya adalah soto. Menurut Sunan Kudus, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk toleransi dan menghargai umat Hindu.

Bagi umat Hindu, hewan sapi sangat disakralkan karena dipercaya sebagai kendaraan bagi Dewa Siwa

Saran yang dianjurkan oleh Sunan Kudus ternyata membawa dampak yang baik bagi masyarakat Kudus. Mereka mampu hidup rukun dengan saling tenggang rasa dan toleransi. Semenjak itulah, sajian soto Kudus identik dengan penggunaan daging kerbau sebagai ciri khasnya. Menarik, ya!

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif