SOLOPOS.COM - Salah satu stan gerabah di Festival Dugderan yang digelar di Jl. Pemuda, Semarang, Selasa (23/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Agenda Semarang menjelang bulan puasa Ramadan salah satunya Festival Dugderan.

Semarangpos.com, SEMARANG Ada satu agenda yang rutin digelar di Kota Semarang menjelang bulan puasa Ramadan. Agenda atau event itu tak lain adalah Festival Dugderan.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Dugderan biasanya ditandai dengan hadirnya pasar malam yang berisikan ratusan pedagang yang menjajakan berbagai barang di sepanjang Jl. Pemuda, tepatnya sebelah Pasar Johar Lama. Dari berbagai macam barang dagangan, ada satu yang sepertimenjadi komoditas wajib di Dugderan, yakni penjaja mainan gerabah atau mainan yang terbuat dari tanah liat, seperti kendil, belanga, hingga celengan bagong.

Salah seorang pedagang gerabah di Festival Dugderan, Kusno, 40, asal Mayong, Jepara, Jawa Tengah (Jateng) menyebutkan berdagang gerabah di Semarang menjelang puasa Ramadan atau saat festival Dugderan sudah menjadi hal yang rutin baginya dan keluarga. Tak terkecuali pada 2017 ini.

“Kalau menjelang puasa ya dagangnya ke sini, nanti kalau pas bulan Maulud, jualannya ke Solo. Kalau saat Syawal, kami pindah ke Rembang,” beber Kusno yang datang ke Semarang bersama ibunya, Suparti, saat dijumpai Semarangpos.com, Selasa (23/5/2017).

Kusno menyebutkan saat ini berjualan mainan gerabah tidak lah mudah seperti zaman dulu. Selain kalah bersaing dengan mainan modern, mainan dari gerabah juga mulai jarang diminati anak-anak, terutama perempuan.

Salah satu stan gerabah di Festival Dugderan yang digelar di Jl. Pemuda, Semarang, Selasa (23/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Salah satu stan gerabah di Festival Dugderan yang digelar di Jl. Pemuda, Semarang, Selasa (23/5/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

“Sekarang sudah mulai jarang yang suka main pasar-pasaran. Dulu waktu masih sering, selalu banyak yang beli,” beber Kusno.

Meski demikian Kusno mengaku tak jera untuk berdagang di Semarang saa Festival Dugderan. Selain sudah menjadi tradisi, banyak juga masyarakat yang sengaja menunggu kedatangan para pedagang gerabah itu saat Dugderan.

“Mau bagaiman lagi? Jualan gerabah ini kan seperti syarat wajib Dugderan. Kalau enggak ada ini ya bukan Dugderan namanya,” beber Kusno.

Kusno meski mulai sepi peminat, masih ada beberapa gerabah dagangannya yang diminati pembeli, salah satunya adalah celengan berbentuk tokoh punakawan atau yang disebut celengan bagong. Celengan bagong dijual dalam berbagai harga tergantung bentuk dan ukuran, mulai dari Rp25.000-Rp50.000.

“Lumayan banyak diminati kalau celengan. Mungkin karena bentuknya yang lucu sehingga, banyak yang mencari,” beber Kusno.

Kusno menyebutkan selama Festival Dugderan, pedagang gerabah ini berjualan dengan menempati lapak dari bambu yang sengaja dibangun Pemkot Semarang di ruas trotoar itu. Mereka kebanyakan memadati trotoar, emperan toko-toko hingga depan Masjid Agung Kauman.

Tahun ini, Pemkot Semarang membuka perayaan Dugderan, Rabu (24/5/2017). Pembukaan dilakukan dengan menggelar pawai Warak Ngendog serta pemukulan beduk di Masjid Kauman.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya