SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Agenda seni budaya bertajuk Festival Seni Pertunjukan Tradisional Jateng 2015 siap digelar di Solo.

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Sebanyak 15 kelompok seni yang merupakan perwakilan dari 12 kota atau kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dipastikan bakal turut ambil bagian dalam acara bertajuk Festival Seni Pertunjukan Tradisional Jateng 2015 di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) atau lebih dikenal TBS, Selasa-Jumat (26-29/5/2015) malam.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Tata Usaha TBS, Suparman, mengatakan sedikitnya 300 seniman akan unjuk kebolehan dalan acara yang digelar berskala Nasional itu. Menurut dia, para seniman direncanakan tampil secara bergantian untuk menghibur masyarakat umum. Mereka menyuguhkan sajian karya seni sesuai dengan keahlian masing-masing.

“Tiga kelompok seni yang terdiri dari 60 seniman akan menyuguhkan karya seni pertunjukan musik tradisi. Enam kelompok seni berjumlah 120 seniman tampil menyajikan pentas teater tradisi, dan enam kelompok penyaji berjumlah 120 seniman akan menyuguhkan karya tari tradisi,” kata Suparman, Senin (18/5/2015).

12 Kota atau kabupaten yang mengirimkan delegasi kelompok seni untuk ikut serta dalam festival tahunan di TBJT itu, antara lain Sragen, Pati, Wonogiri, Solo, Karanganyar, Klaten, Batang, Purbalingga, Banyumas, Semarang, Sukoharjo, dan Kendal. Menurut Suparman, setiap kelompok seni bebas tampil sesuai dengan jenis kesenian masing-masing.

“Karena keterbatasan anggaran maka baru mampu melibatkan 15 kelompok seni pada festival tahun ini. Kami setiap tahun terus berupaya untuk pemerataan, hingga nanti semua wilayah [kota atau kabupaten di Jateng] pernah ikut serta dalam acara seni budaya ini,” ujar Suparman.

Suparman menjelaskan pergelaran Festival Seni Pertunjukan Tradisional Jateng 2015 mengusung tema Folklore Nusantara. Menurut dia, tema itu dipilih untuk mengenalkan keragaman seni pertunjukan di Nusantara, khususnya di wilayah Jateng. Setiap kelompok seni, lanjut Suparman, wajib membawakan karya seni hasil implementasi dari tema Folklore Nusantara.

“Setiap kelompok akan mengimplementasikan tema yang telah terpilih sebagai rujukan, sumber atau format dalam pertunjukan. Kami sudah menggelar forum koordinasi sejak jauh hari [sekitar awal Maret] dengan setiap kelompok seni untuk mempersiapkan pertunjukan sesuai tema,” papar Suparman.

Suparman menyampaikan kekayaan warisan kebudayaan bangsa mengalami dinamika atau perkembangan seiring dengan terjadinya perubahan masyarakat. Perkembangan entitas lokal jika bisa terus dipertahankan oleh semua pihak, baik masyarakat pencipta maupun pendukung, lanjut dia, akan melahirkan tradisi yang berbasis dari cerita rakyat atau floklore.

“Sebagai teks lisan maupun tertulis, folklore adalah kekayaan budaya yang tumbuh di berbagai wilayah Nusantara. Kita harus menyadarari folklore menjadi salah satu kekayaan yang selayaknya bisa terus digali, dilestarikan, didokumentasikan, dan disosilalisasikan,” jelas Suparman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya