Jateng
Jumat, 21 Juli 2023 - 18:16 WIB

Ahli Gizi Sebut Anak SD & SMP di Jateng Alami Kegemukan, Ini Penyebabnya

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegemukan pada anak. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG – Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) menilai berat badan rata-rata anak SD dan SMP di Jawa Tengah (Jateng) mengalami kegemukan karena asupan makanan yang tidak seimbang.

Wakil Ketua DPD Persagi Jawa Tengah, Florentinus Nurtitus, mengatakan angka prevelansi kasus kegemukan pada anak mencapai 1,3 persen dari total populasi penduduk Jateng. Kebanyakan anak yang mengalami kegemukan yakni rentang usia 13-15 tahun atau anak-anak yang menginjak sekolah SD dan SMP.

Advertisement

“Dan di Kota Semarang pertama. Penyumbang anak kegemukan terbanyak,” kata Titus kepada wartawan, Jumat (21/7/2023).

Titus menyampaikan, ada 2,7 persen anak di Kota Semarang yang mengalami kegemukan lantaran dipengaruhi demografi wilayahnya yang berada di pusat perekonomian Jawa Tengah. Sebab dengan tinggal di ibu kota provinsi, anak-anak Semarang dimudahkan memperoleh jajanan dan makanan cepat saji yang dijual di warung-warung.

Advertisement

Titus menyampaikan, ada 2,7 persen anak di Kota Semarang yang mengalami kegemukan lantaran dipengaruhi demografi wilayahnya yang berada di pusat perekonomian Jawa Tengah. Sebab dengan tinggal di ibu kota provinsi, anak-anak Semarang dimudahkan memperoleh jajanan dan makanan cepat saji yang dijual di warung-warung.

“Memang faktanya kasus anak kegemukan di Kota Semarang sendiri cukup besar yaitu 2,7 persen. Untuk daerah lainnya rata-rata tidak sebesar Semarang. Mungkin faktor letaknya sebagai ibu kota provinsi jadi ada banyak kegiatan perekonomian, akhirnya membuat jumlah warungnya sangat banyak. Ini beda jauh sama wilayah Pati, Rembang atau Kudus karena pengaruh demografi masing-masing daerah,” jelas ahli diet yang bertugas di RS Elisabeth Semarang tersebut.

Titus menambahkan kasus orang kegemukan secara nasional juga alami kenaikan yang cukup signifikan. Ia mencontohkan, dari data survei gizi yang dilakukan tahun 2022 menemukan anak berusia 18 tahun yang mengalami kegemukan mencapai 19 persen.

Advertisement

“Ini perlu diantisipasi secepatnya. Karena dari kegemukan bisa memunculkan beragam penyakit. Seperti obesitas pada anak dan penyakit penyerta lainnya,” ujarnya.

Sementara kecenderungan peningkatan yang signifikan untuk wanita kegemukan dipicu berbagai faktor. Selain karena aktivitas yang lebih sedikit ketimbang laki-laki, para wanita juga jarang berolahraga.

“Wanita kurang olahraga ketimbang laki-laki. Dia juga suka ngemil dan porsi makannya yang enggak diatur. Seringnya yang kita temukan dalam kasus kegemukan ialah banyak wanita memakan karbo dan tanpa asupan serat,” jelasnya.

Advertisement

Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang pesat, Titus pun tak menampik anggapan bahwa banyak orang kegemukan lantaran kebanyakan mengonsumsi ayam geprek, ayam goreng, bebek goreng dan makanan cepat saji tanpa diselingi asupan sayuran yang seimbang. Bahkan, kasus kegemukan diperparah dengan banyaknya warga yang gemar mengonsumsi minuman boba dan ragam minuman berbahan dasar kopi.

Oleh sebab itu, Titus mendorong kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah untuk terus menggencarkan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya asupan pola makan yang seimbang. Asupan makanan seimbang bisa mengurangi kadar karbohidrat dengan banyak mengonsumsi sayuran dan bahan makanan yang menyehatkan tubuh.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif