SOLOPOS.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (JIBI/Solopos/Dok)

Gubernur Ganjar menyiapkan buku khusus untuk mengantisipasi dan menghadapi bencana.

Semarangpos.com, SEMARANG- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan sebenarnya ada kearifan lokal di masyarakat dalam menghadapi potensi bencana di wilayahnya, yakni ilmu titen.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

“Sebenarnya, saya sedang menulis buku tentang proses pengelolaan kebencanaan. Di dalamnya, ada satu bab mengenai kearifan lokal masyarakat, yakni ilmu titen,” katanya di Semarang, Sabtu (16/1/2016).

Hal tersebut diungkapkan Ganjar seusai meresmikan Gedung Unit Transfusi Darah dan Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Jateng di Kompleks PMI Centre Jateng di kawasan Sambiroto, Semarang.

Ia menjelaskan “ilmu titen” yang ada di masyarakat Indonesia, khususnya Jateng, menjadi semacam “social sensing” atau sensor yang dimunculkan dalam mengetahui kondisi alam di wilayahnya.

“Ilmu titen ini di banyak negara tidak ada. Saya tugaskan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengumpulkan cerita-cerita masyarakat di tempatnya masing-masing,” katanya.

Masyarakat luar, kata dia, tertarik dengan ilmu titen yang hidup di masyarakat Indonesia itu, karena di banyak negara tidak ada, sebab hal itu penting untuk mengurangi risiko bencana.

Pengurangan risiko bencana, kata dia, menjadi tema penting dalam menghadapi potensi kebencanaan, terutama untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa saat terjadi bencana alam.

“Setiap terjadi bencana, harta memang bisa hilang, tanah juga rusak, namun hilangnya nyawa [korban jiwa] bisa dikurangi. Itulah pentingnya pengurangan risiko bencana,” katanya.

Ia mencontohkan ketika akan terjadi erupsi Merapi ditandai dengan adanya awan menggumpal, kemudian cerita “Palu Janda” di Pemalang yang semuanya merupakan bagian kearifan lokal, yakni ilmu titen.

Buku tersebut, kata dia, dimaksudkan juga agar masyarakat memiliki kearifan dalam menghadapi bencana karena bisa terjadi secara tiba-tiba, namun risiko terjadinya korban bencana bisa dikurangi.

“Pertama, dilihat dulu. Kalau memang sudah bagus bisa diserahkan ke sekolah dan kelompok masyarakat. Dengan membaca ini, kami berharap bisa mengetahuinya dan cukup arif mengurangi risiko bencana,” kata Ganjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya