Jateng
Rabu, 7 Oktober 2015 - 13:50 WIB

AKSI MASSA : Petani Batang Ruwat Kantor Kejakti Jateng, Kenapa?

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi demonstrasi (JIBI/Solopos/Antara)

Aksi massa dilakukan ribuan petani Kabupaten Bateng dengan menggelar demonstrasi di depan Kantor Kejakti Semarang. 

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Memperingati Hari Tani Nasional, ribuan petani asal Kabupaten Batang menggelar aksi demonstrasi depan Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejakti) Jawa Tengah di Jl. Pahlawan, Semarang, Selasa (6/10/2015).

Advertisement

Mereka datang dengan menggunakan puluhan truk dan mobil yang di parkir di kawasan Taman Menteri Supeno. Kemudian berjalan kaki menuju Kejakti Jawa Tengah (Jateng) berjarak sekitar 200 meter.

Dalam aksinya para petani yang tergabung dalam Aliansi Petani untuk Transparansi membawa gunungan berisi hasil pertanian seperti kacang panjang, lombok, terong, pisang, dan lainnya. Selain itu juga mengusung miniatur patung manusia yang terbuat dari jerami kering.

Sesampainya di depan Kantor Kejakti Jateng pengunjuk rasa melakukan ruwatan kantor tersebut dengan membakar kemenyan, menaburkan nasi kuning, dan air.

Advertisement

”Kantor Kejakti Jateng perlu diruwat agar terhindar demit atau setan yang membawa kejelekan,” kata Mbah Muh tokoh petani yang memimpin ritual ruwatan.

Dia berharap setelah diruwat, Kejakti Jateng bersih dan dapat menjalankan tugas dengan baik terutama dalam memberantas korupsi.

“Semoga para pejabat Kejakti diberikan kekuatan yang diridhoi Allah dalam memberantas kejahatan korupsi,” imbuhnya.
Sejumlah perwakilan petani kemudian diterima angota intel Kejakti Jateng Alex EF yang mewakili Kepala Kejakti Jateng Hartadi.

Advertisement

“Mengucapkan terima kasih atas dukungan dari petani Batang kepada Kejakti Jateng. Nanti akan saya sampaikan kepada pimpinan,” kata Alex yang menerima hasil bumi dari pengunjuk rasa.

Sementara itu, koordinator lapangan aksi, Ariyadi mengatakan meminta Kejakti tidak takut dalam menangani masalah agraria di Jateng. Menurut dia, saat ini banyak kasus agraria terutama alih lahan pertanian produktif menjadi kawasan industri sehingga merugikan petani.

“Kami meminta Kejakti tidak takut menyelesaikan konflik agraria yang ada di Jateng agar tidak menimbulkan korban seperti Salim Kancil dari Lumajang, Jawa Timur,” ujar dia.
Setelah menyampaikan tuntutan para petani, kemudian membubarkan diri dengan tertib.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif