SOLOPOS.COM - Ilustrasi Gunung Slamet saat berstatus siaga pada 2006. (Ilustrasi/Dok/JIBI)

Solopos.com, BANYUMAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), memastikan tidak ada peningkatan aktivitas vulaknik di Gunung Slamet. Status gunung tertinggi di Jawa Tengah (Jateng) itu pun hingga kini masih Level 1 atau normal.

“Kami sudah berkoordinasi dengan PVMBG [Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi] dan mendapat informasi jika Gunung Slamet hingga saat ini masih berstatus Level I atau normal,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas, Budi Nugroho, di Purwokerto, Banyumas, Rabu (2/8/2023).

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Budi membenarkan jika pada Selasa (1/8/2023) sempat ada kabar yang menyebutkaan jika status Gunung Slamet naik dari Level I menjadi Level III atau Siaga, tanpa melewati Level II atau waspada.

Atas dasar kabar tersebut, kata dia, pihaknya segera berkoordinasi dengan PVMBG melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, dan mendapatkan informasi bahwa status gunung terbesar di Pulau Jawa itu belum ditingkatkan.

Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh kabar tentang peningkatan aktivitas gunung yang berada di wilayah Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes tersebut.

“Setiap info kebencanaan, kita harus menggunakan sumber informasi yang pasti dari pemerintah, BPBD, atau PVMBG. Kami akan terus memantau segala informasi terkini melalui sumber-sumber resmi dan terpercaya,” katanya.

Tokoh Masyarakat

Seorang tokoh masyarakat Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sukedi, memastikan hingga saat ini Gunung Slamet masih berstatus normal atau Level I. Ia mengaku sempat dihubungi beberapa relasi untuk menanyakan tentang kabar yang menyebutkan adanya peningkatan status Gunung Slamet dari normal menjadi siaga.

“Yang pasti sampai saat ini status Gunung Slamet masih normal. Mungkin kabar tersebut berasal dari pemberitaan beberapa tahun lalu saat Gunung Slamet berstatus siaga,” kata mantan Kepala Pos PGA Slamet itu.

Kendati telah memasuki masa pensiun, dia mengaku masih sering ikut membantu pengamatan terhadap aktivitas Gunung Slamet karena secara kebetulan rumahnya cukup dekat dengan Pos PGA Slamet. Jika saat ini jumlah gempa di Gunung Slamet mencapai ratusan kali, kata dia, hal itu merupakan gempa-gempa embusan yang diduga akibat pelepasan gas di sekitar puncak dan gempa tersebut tidak berbahaya.

“Meskipun demikian, masyarakat dan pendaki diimbau untuk tidak berada atau beraktivitas atau bermalam dalam radius 1 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet,” jelasnya.

Lebih lanjut, Sukedi mengakui berdasarkan pengamatan dalam 20 tahun terakhir, peningkatan aktivitas Gunung Slamet terjadi hampir tiap lima tahun sekali, yakni pada tahun 2004-2005, 2018-2009, 2014, dan terakhir pada bulan Agustus 2018 hingga 2019.

“Namun sampai saat ini, belum ada peningkatan aktivitas maupun status Gunung Slamet, sehingga masyarakat diimbau untuk tetap tenang,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya