SOLOPOS.COM - Monumen Warak Ngendong di Taman Pandanaran, Kota Semarang. (Instagram—nursodikundip)

Solopos.com, SEMARANG – Kota Semarang mempunyai ikon kota yang disebut warak ngendog selain Kota Lama dan Lawang Sewu yang kerap dibicarakan publik. Hewan mitologi ini menjadi bukti adanya akulturasi tiga budaya di ibu kota Jawa Tengah ini.

Sosok mitologis berwujud makhluk rekaan ini merupakan percampuran kebudayaan di Semarang, yaitu China, Arab dan Jawa. Bentuknya mencerminkan perbedaan budaya yang bisa diterima oleh warga Kota Semarang.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Kepala dari warak ngendong ini menyerupai kepala naga yang diyakini identik dengan etnis China. Sedangkan bentuk tubuhnya mirip dengan unta, hewan khas dari negeri Arab. Bagian kaki warak ngendog layaknya kaki kambing sebagai lambang etnis Jawa.

Bubur India Sudah Seabad Jadi Karya Kuliner Khas Kota Semarang

Seperti yang dihimpun Semarangpos.com, Warak Ngendog berasal dari dua kata, “warak” dan “ngendog”. “Warak” atau dalam bahasa Arab memilik arti suci. Sedangkan “ngendog” dalam bahasa Jawa berarti bertelur. Pahala dari perbuatan baik yang kita lakukan disimbolkan dengan bertelur.

Dua kata tersebut diartikan masyarakat yang menjaga kesucian di Bulan Ramadan kelak akan mendapat pahala di Hari Lebaran.

Sayang sekali, kehadiran warak ngendog masih belum diketahui asal-usulnya. Namun, hewan mitologi tersebut diyakini sudah ada sejak Ki Ageng Pandanaran mendirikan Kota Semarang dan menjadi bupati pertama kali.

Hi, Seram! Di Semarang, Gadis Indigo Lihat Kuntilanak Peliharaan…

Ki Ageng Pandaran adalah putra dari pangeran Suryo Panembahan Sabrang Lor atau sultan kedua Kesultanan Demak. Namun, Ki Ageng Pandanaran menolak tahta yang diberikan Kesultanan Demak.

Pandanaran Adalah Saudagar

Cerita Ki Ageng Pandanaran tak hanya memiliki satu versi saja. Warga Arab yang menetap di Semarang menyebut Ki Ageng Pandanaran adalah seorang saudagar berasal dari Arab.  Ia datang ke Semarang untuk meminta izin berdagang dan menyebarkan Islam di Pragota atau sekarang disebut wilayah pemakaman Bergota.

Tak Boleh Hilang Kewaspadaan DBD Karena Covid-19

Ki Ageng Pandanaran memperkenalkan warak ngendog kepada warga Semarang sebagai perpaduan unsur kebudayaan lokal. Sejak saat itu, warag ngendog menjadi terkenal dan menjadi maskot Kota Semarang.

KPU Kota Semarang pada tahun 2010 silam menggunakan warag ngendog sebagai maskot Piwalkot Semarang. Hal tersebut membuktikan kehadiran warak ngendog tidak bisa dipisahkan begitu saja dari sejarah Kota Semarang.

Warak ngendog dijadikan monumen salah satu taman di Jl. Pandanaran. Atau lebih tepatnya di pertigaan antara Jl. Pandanaran dan Jl. M.H. Thamrin, Kec. Semarang Selatan, Kota Semarang.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya