Jateng
Sabtu, 7 Mei 2022 - 22:35 WIB

Alhamdulillah, Warga Magelang Tahun Ini Bisa Gelar Grebeg Ketupat

Newswire  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga berebut ketupat dalam tradisi Grebeg Ketupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2022).(Solopos.com-Antara/Heru Suyitno)

Solopos.com, MAGELANG — Warga Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng), menggelar tradisi grebeg atau garebek ketupat pada Sabtu (7/5/2022). Tradisi ini tahun ini bisa digelar setelah dua tahun terakhir ditiadakan akibat pandemi Covid-19.

“Grebeg ketupat ini tradisi di kampung kami setiap bulan Syawal, kegiatan ini sebenarnya budaya yang setiap kampung itu ada, yaitu halalbihalal,” kata Ketua Panitia Gerebek Ketupat, Gepeng Nugroho, Sabtu.

Advertisement

Gepeng mengatakan bahwa berhubung sekarang kondisi sudah mulai membaik, maka grebeg atau garebek ketupat yang sudah dua tahun vakum dibangkitkan kembali.

Garebek ketupat ini dihadiri ratusan warga untuk memperebutkan ketupat yang berisi uang. Setelah kegiatan garebek ketupat dilanjutkan gelar kesenian.

“Acara halalbihalal kami simbolkan dengan mengumpulkan warga dengan acara garebek ketupat ini. Menggunakan media ketupat, lalu gunungan, kemudian digerebek, secara filosofinya adalah simbol ketupat atau kupat itu adalah mengaku lepat atau salah,” katanya.

Advertisement

Baca juga: Bagi-Bagi Kupat Jembut di Tradisi Syawalan Khas Semarang

Kemudian dibuat gunungan yang melambangkan bahwa setiap individu itu mempunyai banyak tumpukan dosa/kesalahan.

“Di situ mengingatkan untuk kebersamaan dan terus terjaganya ukhuwah Islamiyah dan terus terjaganya kerukunan dalam masyarakat. Mari mengakui bersama-sama kesalahan dan sama-sama menggerebek atau meruntuhkan kesalahan atau dosa masing-masing dengan berebut ketupat,” katanya.

Advertisement

Ia menjelaskan secara teknis untuk memberikan stimulan kepada masyarakat melakukan garebek di setiap ketupat diberikan uang sebagai rasa syukur masyarakat, mulai dari pecahan Rp1.000, Rp2.000 hingga Rp100.000 yang dimasukkan dalam ketupat. Menurut dia, jumlah ketupat sekitar 1.500 sampai 2.000 buah, semua berisi uang.

Baca juga: Grebeg Ketupat, Tradisi Perayaan Lebaran Khas Magelang

“Ketika ketupat itu dibuat panitia, kemudian oleh panitia ketupat kosong itu diedarkan ke masyarakat untuk mengisi uang yang jumlahnya tidak sama antarkeluarga, tergantung permintaan karena masing-masing mempunyai kemampuan yang berbeda-beda,” jelasnya.

Prosesi gerebek ketupat diawali dengan mengusung gunungan ketupat dari Halaman Masjid Darussalam kemudian berkeliling Dusun Dawung dan berakhir di sebuah lapangan dan selanjutnya dilakukan gerebek atau berebut ketupat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif