SOLOPOS.COM - Tangkapan kamera pengawas CCTV saat kader PDIP didatangi Ketua DPC Gerindra di rumahnya. (Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG — Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Semarang, Hendrar Prihadi, akan membawa kasus dugaan pemukulan kadernya oleh Ketua DPC Partai Gerindra Kota Semarang, Joko Santoso, ke ranah hukum.

Peristiwa pemukulan itu sudah dilaporkan ke Polda Jawa Tengah atas dugaan kasus penganiyaaan. Laporan sudah diterima SPKT Polda Jateng dengan nomor STTLP/167/IX/2023/JATENG/SPKT. Saat ini pihak korban juga dibantu LBH Ratu Adil sebagai kuasa hukum.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

“Pertama diminta meredam agar di Semarang tidak terjadi pertikaian yang keras antara dua partai ini, partai kami dan Gerindra. Pak Sekjen sampaikan agar membawa ranah ini ke hukum,” kata Hendrar Prihadi dalam keterangan video yang diterima Solopos.com, Sabtu (9/9/2023) malam.

Hendi membenarkan adanya peristiwa pemukulan yang dilakukan oleh Ketua DPC Gerindra Kota Semarang, Joko Santoso, terhadap kader PDIP bernama Suparjiyanto, 58, pada Jumat (8/9/2023) malam.

“Tadi malam hari Jumat jam 21.45 pak Suparjiyanto, warga Jalan Cumi-cumi, Bandarharjo didatangi Ketua DPC Gerindra. Tanpa babibu memukul kader kami,” kata dia.

Eks Wali Kota Semarang ini menyebut, kadernya dipukul karena persoalan pemasangan bendera di sekitar wilayah atau kampung tersebut. Diketahui, Joko dan Suparjiyanto merupakan tetangga satu kampung.

“Alasan karena kader kami pasang bendera bendera yang itu kampung yang tinggal ketua Gerindra mas JS,” sebutnya.

Dalam video CCTV yang beredar di aplikasi WhatsApp, terlihat seorang pria berbaju putih datang ke sebuah rumah di Jalan Cumi-cumi IV Kota Semarang. Ia kemudian terlihat berbincang bincang dengan orang yang ada di dalam rumah. Namun, setelah itu warga yang ada di lingkungan itu kemudian berlari ke arah rumah tersebut.

Sementara itu, Joko mengaku dirinya tidak memukul Suparjiyanto sama sekali apalagi sampai membuat pipi kader PDIP itu bengkak. Meski demikian, ia mengakui sempat mendorong Suparjiyanto.

“Saya sama sekali tidak melakukan hal ceroboh itu. Saksi banyak yang melihat saya sedikitpun tidak menyentuh muka,” akunya.

Ia juga mengaku terbawa emosi karena Suparjiyanto memasang bendera PDIP di dekat rumahnya. Apalagi pemasangan itu dilakukan tanpa izin darinya yang merupakan warga asli Bandarharjo.

“Tadi malam ada pemasangan khusus di RT saya. Saya tanya ke warga siapa yang masang. Kok nggak ngajeni saya, selalu warga asli RT sini dari partai lain,” jelasnya.

Ia juga akan melaporkan balik pihak Suparjiyanto ke kepolisian. Ia menegaskan, tidak melalukan hal yang dituduhkan dan itu semua merupakan sebuah fitnah.

“Saya juga akan melaporkan balik, satu, pencemaran nama baik dan laporan palsu,” tegasnya.

Joko berharap, nantinya ada etika berpolitik yang akan dibangun demi kemajuan bangsa. Menurutnya, tindakannya saat itu bukan suatu bentuk intimidas, ia ingin melihat etika politik yang dibangun.

“Saya sadari betul ini tahun politik yang panas, terpancing emosi, saya coba untuk hindari anarkisme atau intimidasi. Saya cuma ingin tahu etika politik yang dibangun,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya