SOLOPOS.COM - Illustrasi nelayan tengah melaut pada waktu kondisi cuaca ekstrem. (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANGAnomali cuaca yang tergolong ekstrem bakal membuat para nelayan kesulitan mendeteksi setiap perubahan gumpalan awan maupun arah angin.

Sehingga kemampuan mengenali siklus perubahan cuaca secara kasatmata atau biasa disebut ilmu titen sudah tidak bisa lagi digunakan para nelayan yang melaut di perairan Semarang dan sekitarnya.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Sub Koordinator Pemberdayaan Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kota Semarang, Bambang Sujono, mencatat ada 1.228 nelayan yang tersebar di seluruh garis pantai Semarang yang menggunakan perahu bermesin di bawah 5 Gross Ton (GT). Kondisi saat ini, ribuan nelayan itu alami hasil tangkapan tak menentu karena ada femomena anomali cuaca.

“Informasi dari BMKG sudah masuk kemarau dan mestinya tidak ada hujan. Tetapi saya khawatir saat Juni atau Juli masih diguyur hujan. Sehingga memang hasil tangkapan di laut terkena efek perubahan cuaca yang semakin tidak menentu,” kata Bambang, Jumat (26/5/2023).

Sebagai upaya menghadapi anomali cuaca, Bambang mengaku telah melibatkan 85 nelayan dari 85 kelompok usaha bersama (KUB) untuk mengikuti kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN). SLCN diikuti nelayan Semarang selama tiga tahapan, di mana setiap tahap melibatkan 25-35 nelayan.

“Karena nelayan itu kan melaut mengunakan ilmu titen. Tetapi sekarang tidak bisa sepenuhnya dititeni karena ada anomali cuaca. Maka dibutuhkan tambahan-tambahan ilmu dengan mengikuti sekolah cuaca. Setidaknya mereka juga dilengkapi ilmu pengetahuan,” tuturnya.

Lebih jauh, adanya peningkatan pengetahuan mengenai cara mendeteksi cuaca juga bisa mengantisipasi kecelakaan di laut. Sehingga setiap nelayan bisa memperkirakan kapan waktunya berangkat, kapan waktunya pulang, dan apa saja yang harus dilakukan ketika muncul badai di laut lepas.

“Kalau dibekali wawasan tambahan, mereka yang berangkat bisa tahu apakah aman atau tidak dengan melihat tanda-tanda perubahan cuaca di laut. Biar tidak terjebak hujan dan badai di laut,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya