SOLOPOS.COM - Ketua Apindo Jateng Frans Kongi. (JIBI/Semarangpos.com/istimewa)

Solopos.com, SEMARANG — Keputusan pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri terkait penetapan cuti bersama Hari Raya Iduladha 1444 Hijriah, pekan lalu, disebut memberikan dampak negatif bagi industri tekstil di Jawa Tengah (Jateng). Hal itu dikarenakan adanya penambahan libur membuat produktivitas industri terganggu hingga menyebabkan kerugian besar di sektor tekstil dan produksi tekstil (TPT).

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah  (Jateng), Frans Kongi, berharap pemerintah bisa lebih berhati-hati dalam memberikan cuti libur bersama. Sebab apabila terlalu banyak, hal tersebut bakal membuat indsutri tekstil rugi besar.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

“Pemerinrah harus perhatikan ini ya, karena kita ini libur dalam negeri sudah terlalu banyak,” ujar Frans kepada Solopos.com, Kamis (6/7/2023).

Apindo Jateng menjelaskan, apabila pemintah telah menetapkan libur nasional dengan menambah cuti bersama yang terlalu banyak, hal ini membuat produksi industri tekstil terganggu. Tak hanya terganggu, bahkan biaya operasionalnya juga disebut membengkak.

“Sebab kalau kita memasukan karyawan saat cuti bersama/nasional, harus bayar dobel, ada lemburnya. Ini menggangu produksi, biaya jadi bengkak juga,” jelasnya.

Produksi yang terganggu dan biaya membengkak, lanjut Apindo Jateng, membuat daya saing menjadi terganggu. Padahal menurutnya, produk garmen atau tekstil di Jawa Tengah telah menembus pasar global.

“Pengaruhnya di situ [persaingan pasar global]. Bertarung dengan negara lain, kalau mereka [negara lain] kerja lebih efisien, teknologi lebih baik, mereka ada satu langkah dari kita,” akunya.

Apindo Jateng pun mengaku banyak yang tutup mesin atau memilih tak melakukan produksi dibandingkan mengambil risiko biaya produksi membengkak. Akibatnya, banyak pengusaha tekstil di Jateng yang merugi besar.

“Berapa [kerugian] tak bisa disampaikan. Tapi pada intinya merugi banyak. Tidak untung, tidak bisa ditafsir, tapi umumnya rugi, tak menguntungkan dunia usaha,” tegasnya.

Sekadar informasi, di tengah kondisi ekspansif sektor manufaktur nasional, industri TPT masih mengalami kontraksi. Bahkan termasuk menjadi salah satu dari tiga subsektor manufaktur yang mengalami kontraksi pada survei IKI Juni 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya