SOLOPOS.COM - Suasana di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah pada Rabu (21/6/2023). (Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SEMARANG — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atau Pemprov Jateng akhirnya buka suara terkait pernyataan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng yang mengaku kesulitan masuk ke Kawasan Industri Kendal (KIK) karena biaya investasi yang dibutuhkan jauh lebih mahal daripada membuka lahan baru di luar kawasan.

Kepala Dinas Penanam Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Sakina Rosela, membatah pernyataan Apindo Jateng terkait mahalnya biaya KIK. Menurutnya, kawasan industri Kendal merupakan satu-satunya kawasan ekonomi khusus di Jateng.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

“Data yang kami miliki KEK Kendal sejak penetapannya pada 2019 hingga kini sudah menunjukkan perkembangan yang positif,” klaim Sakina kepada Solopos.com, Kamis (6/7/2023).

Perkembangan positif itu, terang Sakina, dilihat dari nilai total investasi yang mencapai Rp8 triliun dan menyerap 26.000 pekerja selama kurun waktu 2019-2023. Menurutnya, KIK secara data terlihat memiliki perkembangan yang pesat dan potensi besar.

“Selain itu keberadaan KEK Kendal perlu kita dukung karena terbukti menimbulkan multiplier effect yang antara lain membantu peningkatan investasi di Kendal hingga 340 persen. Itu sesuai BKPM [Badan Kordinasi Penanaman Modal],” tegasnya.

Sementara itu, Head of Sales & Marketing Kendal Industrial Park, Juliani Kusumaningrum, mengatakan pasca-Covid-19 ketertarikan investor untuk menanam modal di KIK semakin meningkat. Saat ini, tercatat ada 90 perusahaan yang berinvestasi di kawasan tersebut.

“Pada 2018 rerata investasi perusahaan hanya seluas 1-3 hektare, berlanjut dengan jumlah yang sama hingga 2022. Namun setelah pandemi Covid-19, pada 2203 ini nilai investasi perusahaan rata-rata di atas lahan seluas 10 hektare. Total 80 persen sudah terisi [pada pengembangan fase 1], sudah ada 90 perusahaan, 29 sudah beroperasi 14 sudah membangun konstruksi, dan sisanya tinggal menunggu tahapan pembangunan,” papar Juliani kepada Tim Ekspedisi Investasi Jateng 2023 Solopos Media Group (SMG), Rabu (21/6/2023) lalu.

Juliani memaparkan dari jumlah tersebut sebanyak 48 persen investor berasal dari Indonesia, mayoritas ekspansi dari kawasan industri Jawa Barat, seperti Cikarang, Bekasi, Tangerang dan Banten. Sementara 52 persen di antaranya adalah perusahaan asing atau multinasional, seperti dari China, Taiwan, Hongkong, dan Korea. Beberapa di antaranya merupakan perusahaan di sektor fashion, elektronik, makanan, dan minuman.

Diberitakan sebelumnya, Apindo Jateng mengungkapkan bahwa di Kawasan Industri Kendal (KIK) pengusaha merasa kesulitan karena biaya investasi yang dibutuhkan jauh lebih mahal ketimbang membuka lahan baru di luar kawasan. Kendati hitung-hitungan di atas kertas menunjukkan bahwa nilai investasi yang diperlukan buat membuka lahan anyar jauh lebih murah, namun pihaknya menyebut pelaku usaha kemungkinan besar bakal tetap kembali ke dalam kawasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya