SOLOPOS.COM - Air Terjun Jurang Nganten Jepara. (Istimewa/Instagram @mamad_madd).

Solopos.com, JEPARA — Jurang Nganten berada di Dukuh Jurang Nganten, Desa Bawu, Kecamatan Batealit, Jepara. Sebagian masyarakat Batealit memercayai adanya pantangan bagi pasangan pengantin baru melintasi jembatan yang berada di atas Jurang Nganten.

Pengantin baru tidak boleh melintasi jembatan Jurang Nganten sebelum sampai sepekan sesudah menikah. Jika pantangan itu dilanggar, akan terjadi musibah yang menimpa pasangan itu di kemudian hari.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

Melansir dari perpusbbjateng.kemendikbud.go.id, dikisahkan dahulu ada sepasang pengantin yang bernama Dadap Sari dan Joko Suto. Dadap Sari adalah putri dari seorang janda bernama Dadapan. Ia dikenal dengan nama Mbok Rondo Dadapan.

Saat usia pernikahan Dadap Sari dan Joko Suto belum genap sepekan, mereka mengadakan selamatan. Malam hari pada acara selamatan itu, Mbok Rondo Dadapan bersama putri dan menantunya menjamu tetangga sekitar.

Banyak tamu yang hadir pada acara tersebut. Acara itu berlanjut hingga larut malam. Hal itu membuat Joko Suto kelelahan.

Pagi harinya, tidak seperti biasanya, Joko Suto masih terlelap tidur lantara kelelahan dengan acara semalam. Joko Suto bangun agak siang.

Ketika itu, Dadap Sari dan ibunya sedang berada di dapur. Sambil menyiapkan makanan, mereka bercengkerama.

Mengetahui Joko Suto belum keluar dari kamarnya, Mbok Rondo Dadapan bertanya kepada putrinya. “Sudah siang begini suamimu tidak berangkat bekerja?“. Dadap Sari pun menjawab, “Kakang Joko Suto belum bangun“.

Sayup-sayup terdengarlah pembicaraan itu ke telinga Joko Suto. Namun karena masih mengantuk, Joko Suto mengira ibu mertuanya berkata, “Sudah siang begini suamimu tidak mau berangkat bekerja?“.

Hal itu membuat Joko Suto marah. Segera ia bangun dan tidak berkata apa-apa, Joko Suto pergi meninggalkan rumah membawa kereta kudanya dengan penuh amarah.

Kereta kuda itu pun berlari dengan sangat kencang. Mengetahui suaminya langsung pergi dengan cara seperti itu, Dadap Sari sangat terkejut. Ia pun segera mengejar Joko Suto. Namun, Joko Suto tetap melaju dengan kecepatan tinggi.

Saat sampai di dasar jurang, Dadap Sari menemukan keris suaminya. Namun, Joko Suto terus memacu kereta kudanya dengan kecepatan tinggi.

Hingga sampailah ia pada suatu tempat yang cukup terjal dan di bawahnya terdapat jurang. Joko Suto meluapkan semua kemarahannya, sampai-sampai tidak dapat mengendalikan emosinya dan akhirnya tergelincir di jurang.

Sementara itu, Dadap Sari kehilangan jejak Joko Suto. Setiap hari ia mencari suaminya tiada putus asa.

Hingga pada suatu hari sampailah Dadap Sari di dekat jurang itu. Lantaran kehausan, Dadap Sari menuruni jurang untuk mengambil air.

Sesampainya di dasar jurang, betapa terkejutnya Dadap Sari melihat sebilah keris yang tidak asing lagi. Keris itu bernama Ki Nagasosro milik suaminya. Sambil menangis, didekapnya keris itu sambil memanggil-manggil Joko Suto.

Tak berapa lama, Dadap Sari mendengar suara yang menyuruhnya untuk membawa keris itu. Dadap Sari semakin kuat memegang keris itu. Entah dari kekuatan apa, akhirnya Dadap Sari bersama keris Nogososro pun menghilang di jurang itu.

Di Jurang Nganten inilah yang kemudian disandang sebagai saksi bisu cinta pasangan suami istri Joko Suto dan Dadap Sari. Air terjun yang mengucur di jurang tersebut juga dinamai Air Terjun Jurang Nganten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya