Jateng
Jumat, 13 Mei 2022 - 14:05 WIB

Asale Dawet Ayu Banjarnegara, Penjualnya Ayu-Ayu?

Yesaya Wisnu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Es Dawet Ayu khas Banjarnegara. (visit.banjarnegarakab.go.id)

Solopos.com, BANJARNEGARA – Dawet adalah dessert atau hidangan pencuci mulut khas dari Jawa Tengah yang berupa minuman. Minuman yang terdiri dari olahan tepung beras atau tepung ketan, santan, dan gula merah ini sangat populer. Salah satu yang paling terkenal adalah es dawet ayu khas Banjarnegara.

Tekstur dawet yang dibuat dari tepung beras dan tepung ketan membuatnya tidak terlalu kenyal. Berbeda dengan dawet atau cendol di tempat lain. Bentuk dawetnya pun lebih kurus dibandingkan cendol pada minuman dawet pada umumnya. Seperti pada minuman dawet pada umumnya, es dawet ayu ini juga disajikan dengan santan dan dicampur es supaya lebih menyegarkan.

Advertisement

Namun tidak banyak tahu tentang kisah di balik segarnya es dawet ayu khas Banjarnegara ini. Dilansir dari Ensiklopedia Digital, Jumat (13/5/2022), ada tiga versi terkait kisah dari minuman yang juga dikenal dengan sebutan Cendol Banjarnegara itu.

Versi pertama berasal dari Ketua Dewan Kesenian Banjarnegara, Tjundaroso yang mengatakan bahwa Dawet Ayu Banjarnegara mulai dikenal sejak munculnya lagu yang diciptakan oleh seniman Banjarnegara bernama Bono yang berjudul Dawet Ayu Banjarnegara.

Pada tahun 1980an, lagu tersebut dipopulerkan kembali oleh grup seni calung dan lawak Banyumas, Peang Penjol yang terkenal se Karesiddenan Banyumas pada era 1970an-1980an. Sejak saat itu, banyak orang di Karesidenan Banyumas Raya mengenal julukan Cendol Banjarnegara sebagai Dawet Ayu.

Advertisement

Baca Juga: Kenapa Purbalingga Dijuluki Kota Knalpot? Ini Sejarah dan Awal Mulanya

Versi kedua dari kisah es dawet ayu khas Banjarnegara ini dikemukakan oleh seorang sastrawan asal Purwokerto bernama Ahmad Tohari. Menurutnya berdasarkan kisah turun temurun, ada sebuah keluarga yang berjualan dawet sejak awal abad ke-20. Generasi ketiga pedagang itu terkenal karena cantik sehingga dawet yang dijual dikenal dengan sebutan Dawet Ayu (Bahasa Jawa: Cantik).

Sedangkan versi yang ketiga datang dari seorang tokoh masyarakat Banyumas yang bernama Kiai Haji Khatibul Umam Wiranu yang tidak jauh berbeda dengan Ahmad Tohari. Wiranu menyebut nama dawet ayu muncul dari pedagang bernama Munardjo yang memiliki istri berparas ayu (cantik), sehingga dawetnya disebut dengan nama dawet ayu. Istri Munardjo tersebut masih hidup hingga sekarang dan kabarnya tinggal di Kelurahan Rejasa, Banjarnegara.

Advertisement

Seiring berjalannya waktu, banyak warga Banjarnagera yang menjajakan dawet ke luar kota. Sampai akhirnya dawet menjadi sajian kuliner kategori dessert yang  populer di Jawa Tengah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif