SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam. (Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG – Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, Jawa Tengah (Jateng), meminta masyarakat mewaspadai penyakit metabolik yang biasanya muncul saat musim kemarau, terlebih dengan kondisi panas terik seperti saat ini.

Kepala DKK Semarang, Abdul Hakam, mengatakan sebenarnya sudah satu bulan ini penyakit metabolik mulai mencuat atau bermunculan di Kota Semarang. Terlebih, saat cuaca panas terik mulai melanda Kota Semarang dalam beberapa pekan terkhir.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

“Sebenarnya sudah satu bulan ini penyakit metabolik mulai mencuat. [Mulai] Satu minggu [sepekan] habis Lebaran,” ujar Hakam, Selasa (23/5/2023).

Penyakit metabolik merupakan sekumpulan kondisi yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, strok, dan diabetes, misalnya karena kadar gula darah dan tekanan darah tinggi, kenaikan kadar kolesterol, serta lemak berlebihan di sekitar pinggang

Ia menjelaskan penyakit metabolik rawan muncul saat cuaca terik, apalagi pada orang yang memiliki faktor risiko kencing manis dan darah tinggi yang akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung koroner dan strok.

Pola hidup juga akan berpengaruh saat musim kemarau, kata dia, karena orang lebih memilih untuk mengonsumsi minuman manis dan es, seperti es teh dan es sirup yang jika tidak dikontrol akan mengganggu kesehatan karena kadar gula darah yang tinggi.

“Ini kalau tidak bisa dikendalikan, kadar gula darah tinggi. Kadar gula darah tinggi pasti akan mengakibatkan koma diabetikum atau HONK [Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik]. Pembuluh darah kental sekali,” katanya.

Hakam menambahkan bahwa aktivitas penuh di terik Matahari juga berisiko. Apalagi, bagi orang yang memiliki riwayat diabetes melitus (DM), hipertensi, dan jantung koroner sehingga harus berhati-hati.

“Sekarang ini [suhu udara] panasnya berapa? Kita ini normal mentok di 32 derajat Celcius sudah panas. Makanya, harus dihindari, misalnya pakai payung, topi, dan sebagainya,” katanya.

Namun, kata dia, bukan berarti kemudian aktivitas fisik di luar ruangan harus berhenti, tetapi harus diatur sedemikian rupa dengan menghindari sengatan Matahari dan tetap menjaga kesehatan.

“Aktivitas fisik ya tetap. Apalagi, yang dilakukan di dalam gedung [ruangan]. Kalau melihat dri kasusnyaa, stroke dan jantung koroner termasuk 10 besar penyakit di Kota Semarang,” ungkap Hakam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya