SOLOPOS.COM - Ilustrasi Alun-alun Kota Semarang. (distaru.semarangkota.go.id)

Solopos.com, SEMARANG — Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Jawa Tengah (Jateng), meminta pedagang kaki lima (PKL) untuk tidak berjualan di Alun-Alun Masjid Agung Semarang. Meski demikian, PKL masih diizinkan untuk berjualan di sekitar alun-alun, seperti jalan di depan Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman Semarang hingga samping Hotel Metro Semarang, terutama selama akhir pekan yakni Jumat, Sabtu, dan Minggu.

“Sesuai kesepakatan, kami larang mereka [PKL] berjualan di alun-alunnya,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang, Fajar Purwoto, dilansir dari Antara, Senin (11/9/2023).

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Fajar menambahkan PKL diperbolehkan berjualan di sekitar kawasan Alun-Alun Masjid Agung Semarang selama tiga hari, Jumat-Minggu, mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB.

“Silakan Alun-Alun dipergunakan hanya untuk kursi, meja dan makan, PKL-nya [berada] di jalan. Jadi, jalan di situ Sabtu-Minggu [akhir pekan] ditutup,” katanya.

Ia mengatakan bahwa Disdag Kota Semarang mendukung jika kawasan Alun-Alun Masjid Agung Semarang berkembang menjadi ikon baru dengan aneka kulinernya. Meski demikian, keberadaan sentra kuliner itu tetap menjaga keberlangsungan fasilitas umum.

“Monggo yang mau datang kuliner, datang ke Alun-Alun MAS setiap Jumat, Sabtu dan Minggu. Ya, ini khusus akhir pekan. Apabila dirasa tambah ramai, bisa saja ditambah waktunya [hari],” katanya.

Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, membenarkan jika PKL memang tidak diperbolehkan berjualan di Alun-Alun Masjid Agung Semarang karena sedang dipersiapkan dipasang rumput sintetis.

“Di alun-alun itu kemarin sebenarnya akan membuat [bagian] yang atas bisa langsung proses pengadaan rumput sintetisnya, tapi bersamaan dengan audit BPK yang rekomendasinya pembelian tidak boleh lebih dari Rp1 miliar untuk swakelola,” kata Ita, sapaan akrabnya.

Padahal, kata dia, pembelian rumput sintetis memang di kisaran harga tersebut, yakni Rp1 miliar. Oleh karenanya, pihaknya pun akan kembali berkonsultasi dengan BPK untuk pengadaannya.

Ia menjelaskan pemasangan rumput sintetis dimaksudkan agar lebih bersih, tidak mudah rusak, dan perawatannya lebih mudah ketimbang rumput alami yang kemarin sempat ditanam dan gundul.

“Tapi habis itu enggak boleh digunakan untuk kegiatan pakai tenda, pakai apa gitu. Ya udah, kayak alun-alun aja dipakai untuk santai,” kata perempuan yang karib disapa Ita itu.

Masyarakat diperbolehkan beraktivitas di Alun-Alun MAS, kata dia, tetapi untuk aktivitas berjualan memang dilarang dan sudah difasilitasi di jalan sekitar kawasan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya