SOLOPOS.COM - Petugas DPU, Satpol PP Kabupaten Semarang dan Camat Bandungan meninjau lokasi pembangunan wisata yang disoroti menjadi penyebab banjir di Bandungan, Senin (15/1/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN–Musim hujan ini wilayah Kelurahan Bandungan, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), sudah tiga kali dilanda banjir lumpur. Banjir yang terjadi itu ditengarai disebabkan pembangunan wisata baru di Dusun Piyoto, Kelurahan Bandungan.

Menyikapi hal itu Dinas Pekerjaan Umum (DPU ) Kabupaten Semarang bersama Satpol PP Kabupaten Semarang dan Camat Bandungan melakukan tinjauan kembali ke proyek tersebut Senin (15/1/2024).

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Sekretaris Dinas DPU Kabupaten Semarang, Danang Eko, mengatakan proyek lahan pembangunan wisata baru yang menyebabkan banjir itu harus segera dilakukan penanganan darurat. Pembangunan wisata itu menyebabkan lahan gundul, sehingga terjadi banjir jika hujan lebat mengguyur wilayah tersebut.

“Kemudian kami koordinasi dengan pihak terkait soal kondisi disini, dimana ada dampak atas kegiatan pembukaan lahan yang ada di lingkungan Piyoto, Bandungan ini,” terang Danang Senin (15/1/2024).

Dikatakan, penanganan darurat yang direkomendasikan tersebut bersifat justifikasi teknik atas kegiatan yang sudah berlangsung. Pihaknya meminta pengembang proyek harus membuat drainase.

“Perlu diingat, ini bukanlah sebuah persetujuan atau sebagai perizinan atas pelaksanaan kegiatan. Dan sudah disepakati akan dilakukan penanganan darurat karena memang struktur tanah di lokasi ini sudah telanjur terganggu,” terangnya.

Drainase dan tampungan-tampungan air saat ini harus segera dibuat. Karena untuk melandaikan laju air yang tekanannya sangat tinggi. Diketahui bahwa kemiringan tanah di lokasi proyek pembangunan tersebut sampai 12 persen. Sehingga jika terdapat air yang meluncur akibat hujan deras energinya sangat besar.

“Tampungan-tampungan air ini fungsinya untuk melakukan pengereman energi air karena debit yang sangat tinggi. Kalau tidak direm, energinya luar biasa kencang, sehingga dampaknya bisa ke wilayah bawah,” bebernya.

Danang menyebutkan tanah harus dilandaikan setidaknya lima sampai enam persen. Serta harus dibuat kolam-kolam penampungan di dalam alur-alur saluran ini agar dapat menampung air dengan tekanan yang tinggi.

“Jadi airnya ditenangkan dulu di situ sebelum dilepas di saluran air kita atau drainase ini,” lanjutnya.

Sementara itu, salah satu warga Lingkungan Piyoto, Rahwono, 70, mengaku tidak pernah ada banjir disertai lumpur yang terjadi sebelumnya. Ia menyebut, banjir terjadi setelah adanya proyek pembangunan wisata.

“Ini banjir besar sudah ketiga kalinya, kalau hujan deras pasti banjir sekarang,” katanya.

Ia merasa iba dan kasihan dengan warga yang tinggal di wilayah Bandungan bagian bawah. Karena sudah terdampak akibat banjir lumpur yang kali ketiga menerjang dalam waktu yang bersamaan.

“Kasian warga di bawah, banjir ini di jalanan dan masuk di wilayah mereka di bawah. Kalau saya yang di Piyoto tidak terdampak,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya