Jateng
Senin, 2 Januari 2023 - 18:18 WIB

Banjir Akhir Tahun, Ratusan Hektare Sawah di Jateng Terancama Puso

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Rachman)

Solopos.com, SEMARANG — Cuaca ekstrem disertai banjir yang melanda sejumlah daerah di Jawa Tengah (Jateng) berdampak buruk pada sektor pertanian. Akibat banjir itu, ratusan hektare sawah milik petani di Jateng, terutama di daerah Kabupaten Demak, Jepara, dan Pati, terancam puso atau gagal panen.

Pejabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta, mengatakan banjir di Jepara berdampak pada 460 jiwa. Tercatat, hingga saat ini 44 kartu keluarga atau KK dipastikan telah mengungsi.

Advertisement

“Jepara ada tiga desa [terdampak]. Tapi hari ini mereka yang mengungsi sudah mulai ada yang pulang ke rumah. Kita sudah berusaha menangani dengan mendirikan dapur umum serta pengoperasian pompa air untuk menyedot air supaya bisa keluar,” ujarnya seusai mengikuti rapat bersama BNPB di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang, Senin (2/1/2023).

Dari tiga desa yang terdampak, terang Edy, sebanyak 150 hektare lahan persawahan di Kecamatan Welahan terancam gagal panen atau puso. Padahal, usia tanaman padi itu baru sekitar 10 hari.

“Sawah dan tanaman usia 10 hari. Ini para petani mengeluh [karena terancam gagal panen],” terangnya.

Advertisement

Senada disampaikan Bupati Demak, Eisti’anah, yang menyebut ada 14 kecamatan di wilayahnya yang terdampak cuaca ekstrem disertai banjir. Akibatnya, rumah milik warga, akses jalan, hingga ratusan hektare sawah terkena dampaknya.

“Sama seperti Jepara, tak hanya rumah warga tapi juga lahan persawahan,” kata Eisti’anah.

Eisti’anah pun mengungkapkan banjir kali ini tak seperti biasanya. Meski wilayah Kabupaten Demak terkenal menjadi langganan banjir dan rob, namun kali ini ia mengeklaim paling parah.

Advertisement

“Kami perlu [tambahan] pomba dan normalisasi sungai untuk mengatasinya. Karena banjirnya tak seperi biasanya. Rob, hujan masih tinggi dan kondisi aliran sungai dangkal, perlu normalisasi di berbagai aliran sungai. Khususnya normalisasi, ini kita kebingungan karena keterbatasan dana dan kewenangan,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya, menyampaikan kondisi saat ini jalan utama dan jalan desa di enam kecamatan di wilayahnya masih tergenang banjir. Sedangkan kerugian materiil hingga kini belum bisa terdata secara pasti.

“Lahan sawah ada yang tergenang mencapai ratusan hektare. Kemudian sekolah, rumah, jalan-jalan di pemukiman juga masih terganggu. Sedangkan pengungsian sifatnya masih sebatas geser ke rumah saudara,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif