SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Rachman)

Solopos.com, SEMARANG – Petani padi di provinsi Jawa Tengah mengalami kerugian hampir Rp23 miliar karena sebagian ladang padi di beberapa kabupaten mengalami puso usai banjir melanda di sepanjang pergantian tahun.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Supriyanto, mengatakan kerugian tersebut diderita di dua kabupaten, yakni di Pati dan Kudus. Di dua kabupaten itu, tanaman padi berusia dua bulan di lahan seluas 754 hektare dinyatakan mengalami puso.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Perinciannya adalah 653 hektare di Pati, dan 101 hektare di Kudus. Supriyanto hanya menyebut dua kabupaten meski sebenarnya ada 10 kabupaten terdampak banjir. Alasannya, daerah-daerah lain tidak mengalami kerugian dan hanya terdampak.

“Catatan kami adalah setelah hari kejadian banjir, dan yang dihitung adalah tumbuhan yang sudah menghasilkan biji. Jika ada tanaman mati, namun umurnya masih 10 hari atau sebulan, itu belum rugi,” jelas Supriyanto, Senin (9/1/2023).

Kendati ada kabupaten yang mengalami sawah puso, Supriyanto menyebut hal ini tidak mempengaruhi hasil panen keseluruhan provinsi Jateng. Alasannya, ada daerah yang masih berpeluang menyumbangkan hasil panen sesuai target, terutama di ladang-ladang yang ada di wilayah tidak terdampak banjir.

“Kerugian karena banjir ini kita bicara di pantura ya. Kalau di Grobogan atau Batang bagian atas kan tidak terpengaruh. Jadi ketersediaan beras dari hasil panen ini aman, apalagi Januari dan Februari ini kan memang waktunya panen,” sambungnya.

Demikian halnya dengan daerah-daerah lain yang ladang padinya hanya terdampak banjir. Menurut Supriyanto, ladang padi di wilayah ini masih berpeluang untuk panen meski sempat tergenang air. “Untuk tanaman di atas 65 hari kan sudah bisa dipanen. Rugi iya, tapi tidak seperti padi puso, tidak signifikan,” jelasnya.

Di sisi lain, Distanbun Jateng menargetkan panen tahunan mencapai 9.000 ton. Supriyanto menyebut pihaknya optimistis panen di masa-masa mendatang akan stabil dan memenuhi target lantaran Distanbun sudah mengambil pelajaran dari banjir kemarin.

“Di akhir 2022 kemarin kan ada banjir, jadi awal-awal tahun kami genjot untuk produksi. Maret kami tanam lagi, dipercepar agar akhir tahun bisa panen meski realisasinya tetap bulan Januari,” tuntasnya.

Diberitakan sebelumnya, banjir bandang melanda wilayah Perumahan Dinar Indah, Meteseh, Tembalang, Kota Semarang, Jumat (6/1/2023) sore, karena meluapnya air Sungai Babon dan jebolnya tanggul Kali Pengkol. Bahkan sebelum itu, banjir sudah melanda Kota Semarang sejak Sabtu (30/12/2023) lalu, akibat curah hujan lebat yang mengguyur Kota Lumpia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya