Jateng
Selasa, 24 Oktober 2023 - 21:03 WIB

Banyak Orang Alami Stres, Dinkes Kota Semarang Temukan 455 Kasus Depresi

Newswire  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang mengalami stres atau depresi. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Tingkat stres yang dialami masyarakat Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), tergolong tinggi selama tahun 2023. Hal ini merujuk data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang yang menemukan 455 kasus depresi di wilayahnya hingga pertengahan Oktober 2023.

Sebanyak 455 kasus depresi yang menjadi salah satu gangguan kesehatan jiwa itu ditemukan Dinkes Kota Semarang di 31 puskesmas yang tersebar di 16 kecamatan di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu.

Advertisement

“Peta sebaran kasus gangguan depresi paling banyak ada di Puskesmas Mijen. Temuannya ada 61 kasus. Angka tersebut diperoleh dari kuesioner yang dibagikan melalui puskesmas setempat,” katanya.

Setelah Puskesmas Mijen, temuan depresi terbanyak kedua adalah Puskesmas Rowosari dan Srondol masing-masing 36 kasus, kemudian Puskesmas Padangsari 30 kasus, serta Puskesmas Halmahera dan Tlogosari masing-masing 24 kasus.

Advertisement

Setelah Puskesmas Mijen, temuan depresi terbanyak kedua adalah Puskesmas Rowosari dan Srondol masing-masing 36 kasus, kemudian Puskesmas Padangsari 30 kasus, serta Puskesmas Halmahera dan Tlogosari masing-masing 24 kasus.

Namun, ada enam puskesmas yang nihil temuan kasus gangguan depresi, yakni Puskesmas Pandanaran, Krobokan, Candi Lama, Genuk, Pudakpayung, dan Tambakaji.

Selain depresi, temuan terbanyak gangguan kesehatan jiwa adalah kasus campuran anxietas dan depresi sebanyak 276 kasus, kemudian gangguan neurotik sebanyak 31 kasus, gangguan sematoform 65 kasus, dan insomnia sebanyak 116 kasus.

Advertisement

Menurut Hakam, beberapa upaya penanganan dan penanggulangan kesehatan jiwa dilakukan oleh Dinkes, misalnya dengan skrining kesehatan mental pada anak usia 4-18 tahun dan dewasa di atas 18 tahun menggunakan Strengths and Difficulties Questionnare (SDQ).

Pos pembinaan terpadu (posbindu), kata dia, rutin dilaksanakan di setiap kelurahan, meliputi pemeriksaan antropometri, tekanan darah, gula darah, kesehatan jiwa, dan indera penglihatan atau pendengaran.

“Kami juga meningkatkan kesadaran masyarakat dengan edukasi dan perluasan informasi tentang kesehatan jiwa. Selain itu, mengajak dan mengedukasi kader untuk aktif memantau warga yang membutuhkan perawatan jiwa,” katanya.

Advertisement

Ia menjelaskan saat ini sudah dibentuk Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Kota Semarang untuk peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan kader kesehatan melalui pelatihan ataupun workshop, dengan menghadirkan praktisi psikolog dan psikiater.

“Kami juga memiliki layanan Konsultasi Kesehatan Mental (Sultan) di puskesmas. Bahkan, kami sedang menyiapkan layanan Sultan Online yang terintegrasi,” kata Hakam.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif