SOLOPOS.COM - Ketahui cara mencegah rayap masuk rumah agar terhindar dari kerugian. (Freepik.com)

Solopos.com, PURWOKERTO — Kabupaten Banyumas disebut sebagai daerah endemis rayap. Di sisi lain, warga yang ingin mendirikan bangunan atau rumah baru harus ada perlakuan khusus terhadap tanah di lokasi pembangunan guna mengantisipasi serangan rayap.

Kondisi Banyumas yang endemis rayap disampaikan Dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr. Hery Pratiknyo.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

“Hal itu diketahui berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan di sekitaran Gunung Slamet dari sisi timur, selatan, dan barat. Kemudian saya turunkan ke wilayah Banyumas,” katanya seperti dikutip dari Antara, Jumat (14/7/2023).

Dari hasil penelitian di sekitaran Gunung Slamet didapati 11 spesies rayap dengan spesies yang paling dominan adalah Schedorhinotermes sp, yaitu rayap kayu.

Berikutnya, ia mencoba meneliti persebaran rayap dari wilayah yang berada di ketinggian hingga daerah rendah, khususnya Banyumas untuk mengetahui apakah ada perbedaan persebaran di masing-masing wilayah.

“Meskipun yang paling dominan Schedorhinotermes sp, waktu menurun sampai di bawah Baturraden, Banyumas, sudah berubah. Yang dominan sama dengan yang di utara Gunung Slamet, yakni Macrotermes gilvus, Microtermes insperatus, dan Odontotermes javanicus,” katanya.

Penelitian itu dilanjutkan dengan pengaruh atau daya serang tiga spesies rayap itu terhadap rumah-rumah warga dengan hasil ketiganya mempunyai sebaran yang berbeda. Macrotermes gilvus paling dominan persebarannya di Banyumas yang diketahui dari hasil penelitian dengan sampel sebanyak 31 desa karena di seluruh lokasi ditemukan rayap itu.

Macrotermes gilvus merupakan rayap tanah yang menjadi laron. Ini merupakan salah satu spesies rayap yang paling banyak menyerang kayu-kayu di perumahan. Bahkan, serangan Macrotermes gilvus tidak hanya terjadi pada rumah-rumah warga di perkampungan, juga di kompleks perumahan.

Sehingga saat akan mendirikan bangunan atau rumah, harus ada perlakuan khusus terhadap tanah yang menjadi lokasi pembangunan guna mengantisipasi terjadinya serangan rayap.

Sumber makanan bagi rayap tanah atau Macrotermes gilvus, yakni selulosa dari sampah humus maupun kayu yang tidak kering atau kayu yang lembap. Saat kayu yang tertimbun tanah menjadi lembap, maka menjadi sumber makanan dan sarang bagi rayap.

“Yang bahaya adalah di bawah tidak kelihatan, tahu-tahu sudah di usuk,” tegasnya.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah humus atau sampah kayu di sekitar rumah karena hal itu sama saja dengan memelihara rayap.

“Kalau sampah ini habis, rayap itu akan pindah ke rumah,” kata Hery Pratiknyo.

Berdasarkan kajian yang dilakukan sejumlah pihak, lanjut Hery Pratiknyo, anggaran memperbaiki rumah lebih besar dari biaya membangun rumah baru.

“Tanah yang akan digunakan untuk membangun rumah sebaiknya dikeruk, dibersihkan sampai benar-benar bersih. Jangan cuma diuruk. Apalagi selama ini pembangunan perumahan dilakukan dengan mengonversi lahan [pembersihan itu dilakukan agar tidak ada sisa kayu atau akar yang berpotensi menjadi sarang rayap ketika rumah atau bangunan tersebut telah berdiri],” katanya.

Sumber: Antara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya