SOLOPOS.COM - Aliran Sungai Beringin di Kota Semarang yang dilakukan pengerjaan permanen atau dilakukan normalisasi sungai oleh BBWS Pemali-Juana. (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG — Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana mencatat ada 42 kilometer tanggul sungai yang kritis.

Puluhan tanggul kritis itu tersebar di berbagai daerah, mulai dari Kabupaten Kendal hingga Kabupaten Rembang. Di sisi lain, total panjang sungai mencapai 7.383 kilometer.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Kepala BBWS Pemali-Juana, Adek Rizaldi, mengatakan sungai yang dikelolanya melintasi 13 kabupaten/kota, mulai dari Kendal hingga Rembang. Total sungainya ada 2.344 sungai, terbagi menjadi empat sub, mulai dari orde pertama hingga orde keempat.

“Terkait pengendalian daya rusak air, seperti banjir, rob, tanggul jebol, tanggul kritis. Yang kami hadapi setiap tahun itu ada dua musim, penghujan dan kemarau. Kami selalu cek sungai-sungai, apakah ada tanggul yang kritis, apakah ada sungai yang elevasinya tinggi. Di tahun lalu, ada 42 kilometer tanggul yang kritis,” kata Adek kepada Solopos.com, Jumat (24/2/2023).

Dari panjang 42 kilometer tanggul yang kritis itu, BBWS Pemali-Juana baru bisa menangani 19 kilometer. Kendala yang dihadapi terdiri atas berbagai faktor, mulai dari spot sungai yang terlalu besar hingga persoalan anggaran.

“Yang belum tertangani itu kami usulkan untuk pengerjaan permanen atau dilakukan normalisasi sungai,” katanya.

Tanggul kritis sepanjang 42 kilometer itu mayoritas berada di wilayah Muria Raya, seperti di Kabupaten Pati, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten Kudus. Rata-rata, tanggul yang kritis di sungai orde kedua, ketiga, dan keempat alias sungai-sungai kecil.

“Dominan kritis di daerah timur, seperti Kudus, Pati, Jepara. Dominan di orde ketiga dan keempat. Artinya sungai-sungai kecil,” sambungnya.

Disinggung mengenai indikator kritis yang dimaksud, Adek menjelaskan bila 42 kilometer tanggil kritis itu mengalami keretakan. Bahkan, ada tanggul yang sudah tak kelihatan atau hilang karena sendimen atau penurunan muka tanah.

“Ada yang retak kemudian di sisi dalamnya ada yang longsor sedikit atau tanggulnya sudah tidak kelihatan, sudah hilang. Itu yang dikatakan kritis,” ungkapnya.

Adek menambahkan, BBWS Pemali-Juana selalu mengalokasikan dana operasi dan pemeliharaan untuk tanggul kritis setiap tahunnya. Tanggul yang terlalu parah atau tak bisa tertangani cepat, diusulkan pengerjaan permanen.

“Jadi kami manfaatkan dana operasi (OP) sungai. Seandainya tidak bisa ditangani melalui OP sungai, kami usulkan pengerjaaan permanen,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, hujan lebat yang terjadi Sabtu (18/2/2023) sore mengakibatkan tanggul darurat Perumahan Dinar Indah Semarang yang baru dibangun kembali jebol.

Awal tahun lalu, banjir bandang yang melanda kawasan Perumahan Dinar Indah Semarang juga disebabkan jebolnya tanggul sungai.

Pascabanjir bandang itu, tanggul darurat dibangun. Namun, belum genap dua bulan, tanggul itu kembali jebol.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya