SOLOPOS.COM - Kepala Balai Bahasa Provinsi Jateng, Ganjar Harimansyah, seusai menggelar rapat koordinasi terkait program Revitalisasi Bahasa Daerah di Hotel Patra, Kota Semarang, Kamis (23/6/2022). (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG – Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyebut penggunaan bahasa daerah atau bahasa Jawa di Jawa Tengah (Jateng) terus mengalami penurunan. Meski dari segi penuturan banyak, konteks yang digunakan mulai berkurang.

Kondisi ini pun membuat Balai Bahasa Jawa Tengah meluncurkan sebuah program revitalisasi bahasa daerah. Program ini bertujuan untuk melestarikan penggunaan bahasa daerah serta mencegah kepunahan bahasa Jawa. Selain itu, program ini juga merupakan bagian dari program Merdeka Belajar episode ke-17 mengenai upaya revitalisasi bahasa daerah.

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

“Fenomena saat ini, penuturnya banyak, tapi kondisi rentan. Artinya, banyak ranah penggunaan bahasa Jawa yang hilang. Salah satunya rumah tangga, di generasi kedua kita ada beberapa anak usia remaja yang sudah mulai tidak menggunakan bahasa Jawa di rumahnya sendiri,” kata Kepala Balai Bahasa Jateng, Ganjar Harimansyah, seusai menggelar Koordinasi Program Revitalisasi Bahasa Jawa dengan Pakar, Calon Pengajar, dan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jateng di Hotel Patra, Kota Semarang, Kamis (23/6/2022).

Ganjar menambahkan revitalisasi bahasa daerah bertujuan agar para penutur muda dapat menjadi penutur aktif bahasa daerah. Revitalisasi ini dinilai penting sebagai upaya menjaga keberagaman bahasa daerah di Tanah Air.

“Hari ini kita gelar rapat koordinasi bersama pakar dan pemerintah daerah. Sebelumnya, kami melakukan pelatihan pada guru bahasa Jawa,” ujarnya.

Baca juga: Sastra Lisan di Banyumas Nyaris Punah, Ini Langkah Balai Bahasa Jateng

Terkait tantangan yang akan dihadapi selama mengimplementasikan program revitalisasi bahasa daerah ini, Ganjar menyebut cukup kompleks. Tak hanya regulasi, para pengajar pun dinilai mempengaruhi.

“Pertama regulasi, meski pergub [peraturan gubernur], peraturan daerah [perda] banyak mendukung, tapi jam pelajaran [bahasa Jawa] hanya 2 jam. Gurunya kadang latar pendidikannya juga bukan bahasa Jawa,” imbuhnya.

Berkaca dari kasus tersebut, Balai Bahasa Jateng pun menilai revitalisasi bahasa daerah harus diterapkan secara menyeluruh, salah satunya melalui lingkungan sekolah.

Baca juga: Asal Muasal Dialek Ngapak Banyumasan Jadi Bahasa Jawa Tertua

Ganjar menyebutkan berdasarkan catatan Balai Bahasa Jateng kemunduran atau kerentanan penggunaan bahasa Jawa sangat terlihat di daerah pinggiran atau perbatasan dengan provinsi lain, seperti Jawa Barat (Jabar) dan Jawa Timur (Jatim).

“Kondisi rentan ini artinya 10-20 tahun mendatang akan terus mengalami kemunduran. Kemudian penutur mudanya akan terus berkurang. Kalau tidak ada pemeliharaan atau upaya, dalam 20 tahun sangat mungkin akan terancam punah. Jadi meski orang Jawa, tapi apakah bahasanya tetap digunakan, terutama di lingkungan keluarga atau percakapan sehari-hari?” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya