SOLOPOS.COM - Ilustrasi sambaran petir. (positively.com)

Solopos.com, DEMAK — Petir adalah fenomena alam yang biasanya muncul sebagai penanda akan turun hujan atau muncul bersamaan dengan hujan turun. Fenomena ini umum terjadi di seluruh dunia saat akan atau selama turun hujan. Namun, menurut kepercayaan yang berkembang, tidak ada petir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kok bisa begitu?

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui sebuah kanal Youtube, Kamis (17/2/2022), anggapan ini bermula dari sosok di masa Kesultanan Demak yang bernama Ki Ageng Selo. Putra dari  Ki Ageng Getas Pandowo ini memiliki nama asli Bagus Songgom yang juga dijululki Ki Ageng Ngabdurahman. Sebutan Ki Ageng Selo ini disematkan karena dia bertempat tinggal di Desa Selo.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Ki Ageng Selo yang juga keturunan Raja Brawijaya, Raja terakhir Kerajaan Majapahit ini merupakan seorang walliyulloh, namun bukan termasuk anggota wali songo. Meskipun demikian, Ki Ageng Selo adalah murid Sunan Kalijaga yang paling berbakat.

Baca juga: Nasi Gudeg Koyor, Makanan Legend Khas Kota Lama Semarang

Kisah Ki Ageng Selo, Penangkap Bledeg (Petir)

Ki Ageng Selo pepali ki ageng selo
Ki Ageng Selo. (Demakkab.goid)

Dia dikenal dengan kepiawaiannya dalam seni, seperti melukis hingga bersyair. Selain itu dia juga memiliki bakat-bakat lain, seperti guru mengaji dan salah satu anak didiknya adalah Sultan Hadiwijaya, pendiri Kesultanan Pajang.  Dia juga memiliki sejumlah kesaktian yang tidak umum di miliki orang-orang. Bahkan dengan kesaktiannya itu, dia dapat mencangkul 30 bahu dalam sehari (1 bahu = 0,31 m2)

Selain dapat mencangkul sawah seluas 30 bahu dalam sehari, kesaktian yang dimiliki Ki Ageng Selo yang juga kakek dari Panembahan Senopati, pendiri Kerjaan Mataram Islam, ini adalah kemampuannya untuk menangkap petir.

Diceritakan saat itu Ki Ageng Selo sedang mencangkul sawah di Desa Selo saat hujan turun. Meskipun petir sudah menyambar-nyambar, Ki Ageng Selo tetap mencangkul sawah dengan tenang.

Saat itu, petir terus menyambar hingga akhirnya Ki Ageng Selo membaca ayat Al-Quran yang ada di Surat Ar-Ra’ad ayat 13 yang dalam Bahasa Indonesia berarti, “Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksaan-Nya.”

Baca juga: Legenda Ki Ageng Selo Grobogan, Sakti Bisa Menangkap Petir

Melukis Petir di Atas Papan Kayu Jati

Lawang Bledeg Masjid Demak (Instagram/@para_sungging_institut)

Seketika itu Ki Ageng Selo menangkap petir tersebut yang berwujud binatang yang menyerupai ular naga. Kemudian Ki Ageng Selo mengikatnya dengan tali jerami dan membawanya pulang. Singkatnya, berita mengenai Ki Ageng Selo yang berhasil menangkap petir di Demak ini terdengar di telinga Sultan Demak dan meminta Ki Ageng Selo untuk melukis petir yang ditangkapnya

Saat Ki Ageng Selo melukis petir tersebut di papan kayu, datanglah wanita tua membawa tempurung kelapa yang berisi air dan menyiramkannya ke petir yang saat itu diikat di sebuah pohon gandrik. Seketika itu juga petir yang diikat menghilang bersamaan dengan wanita tua yang menyiram air tersebut.

Hal ini membuat proses melukis petir hanya selesai pada bagian kepala saja yang berbentuk kepala ular naga dengan dihiasi semacam mahkota di bagian atas dan jambangan di bawahnya. Lukisan itu dibuat di atas kayu jati sebanyak dua buah. Hasil lukisan ini kemudian di bawa ke Sultan Demak dan kemudian dipasang di bagian depan Masjid Demak. Hingga saat ini, lukisan petir itu dikenal dengan sebutan Lawang Bledeg (Bahasa Jawa: pintu petir).

Baca juga:  Yayak Yatmaka, Seniman Senior yang Ikut Ditangkap Gegara Konflik Wadas

Penangkal Petir

Kisah Ki Ageng Selo yang menangkap petir ini menjadi keyakinan warga bahwa saat itu tidak ada petir yang menyambar di kawasan Desa Selo. Bahkan warga setempat percaya jika sedang berada di luar Desa Selo dan tiba-tiba ada sambaran petir, cukup sebut nama Ki Ageng Selo, pasti akan terlindungi.

Namun pada kenyataannya, hingga saat ini petir masih menyambar di seluruh kawasan Kabupaten Demak, tak terkecuali Desa Selo. Bahkan, pada 2004 silam, bagian kubah Masjid Agung Demak pernah tersambar petir.

Munculnya kembali sambaran petir di Kabupaten Demak ini diyakini oleh warga setempat karena perbuatan wanita tua yang menyiram petir yang diikat oleh Ki Ageng Selo saat sedang melukisnya. Saat sesudah disiram, petir yang diikat itu tiba-tiba hilang dan dipercaya kembali ke langit dan menyambar-nyambar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya