SOLOPOS.COM - Hari terakhir pencarian korban longsor Banjarnegara, Minggu (21/12/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Tim Search and Rescue (SAR) gabungan pelbagai elemen tetap bersemangat melakukan pencarian korban yang tertimbun tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (21/12/2014). Mereka tak tampak patah semangat mskipun Minggu itu adalah hari terakhir pencarian korban, Pemkab Banjarnegara secara resmi memutuskan menghentikan pencarian dan evakuasi korban bencana tanah longsor Jemblung pada hari Minggu (21/12/2014), dengan jumlah total korban ditemukan sebanyak 95 jasad. (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Hari terakhir pencarian korban longsor Banjarnegara, Minggu (21/12/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Bencana alam di Jawa Tengah masih didominasi tanah longsor. Bencana ini juga merenggut korban jiwa paling banyak 

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

 

 

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Jawa Tengah Sarwa Pramana mengungkapkan bahwa tanah longsor mendominasi bencana alam di Jateng pada periode 1 Desember 2014 hingga 20 Februari 2015.

“Selama periode tersebut tercatat sebanyak 341 kejadian bencana alam di Jateng dengan rincian 185 tanah longsor [112 korban jiwa], 77 banjir [satu korban jiwa], dan 79 angin puting beliung [empat korban jiwa],” katanya di seperti dikutip Antara, Senin (23/2/2015).

Menurut Sarwa, berdasarkan data tersebut mulai ada pergeseran peristiwa bencana alam karena banjir mendominasi selama 2014.

“Dengan adanya pergeseran tren bencana alam itu menunjukkan bahwa hampir seluruh kabupaten/kota di Jateng mempunyai potensi tanah yang rawan bergerak,” ujarnya.

Terkait dengan potensi tanah yang rawan bergerak itu, kata dia, ada pemukiman warga yang harus direlokasi pada 2015 antara lain, Cilacap, Karanganyar, Pemalang, Pekalongan, dan Banjarnegara.

Ia menjelaskan bahwa banyaknya peristiwa bencana alam tanah longsor itu disebabkan oleh cuaca ekstrem, tata kelola tanah yang kurang maksimal, serta masyarakat belum memahami struktur tanah yang dijadikan tempat tinggal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya