SOLOPOS.COM - Penampakan lava pijar Gunung Sinabung, Senin (3/11/2014) malam. (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)

Lava pijar disertai kepulan awan panas yang mengalir dari puncak Gunung Sinabung terlihat dari Desa Tiga Pancur, Karo, Sumatra Utara, Senin (3/11/2014) malam. Aktivitas Gunung Sinabung yang masih relatif tinggi, membuat pemerintah setempat kembali memperpanjang status tanggap darurat bencana erupsi Sinabung hingga Sabtu (15/11/2014) mendatang. (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)

Ilustrasi bencana Gunung Sinabung meletus. (JIBI/Solopos/Antara/Rony Muharrman)

Kanalsemarang.com, SEMARANG— Tokoh pers senior Parni Hadi meminta seluruh wartawan di Indonesia agar jangan hanya menjadi pelapor terjadinya suatu bencana alam bagi masyarakat, tapi juga harus bisa jadi pelopor, inisiator, mediator, serta sponsor.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

“Kita (wartawan) harus berorientasi pada kerja di lapangan dan saya menekankan bagaimana menjadi pelapor yang baik serta benar,” kata Parni Hadi selaku Penasihat Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana di Semarang, Jumat (14/11/2014).

Mantan Pemimpin Umum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara itu mengungkapan bahwa yang terjadi saat ini adalah banyak orang memerlukan informasi bencana, tapi yang terjadi justru bencana informasi.

“Bencana informasi itu disebabkan wartawan kurang menguasai materi pemberitaan, berita yang dihasilkan tidak akurat, tidak mendidik, serta tidak memberi harapan bagi masyarakat,” ujar mantan Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia itu seperti dikutip Antara.

Menurut pria asli Madiun yang lahir pada 13 Agustus 1948 itu, para wartawan yang melakukan tugas peliputan terjadinya bencana juga harus siap menjadi sukarelawan sehingga penting untuk dilakukan berbagai pelatihan penguasaan materi kebencanaan.

“Selain itu, para wartawan juga tetap harus memahami 5W 1H saat menulis sebuah berita tentang terjadinya bencana,” katanya.

Oleh karena itu, pendiri organisasi kemanusia Dompet Dhuafa ini berencana membuat suatu program bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang melibatkan pemilik media untuk mendukung pengurangan dampak bencana.

Parni menegaskan bahwa berita terjadinya bencana yang ditulis oleh seorang wartawan harus bisa mendidik (edukatif), menghibur (entertaining), mendampingi (advocating), mencerahkan (enlightining), dan memberdayakan (enpowering).

Hal tersebut disampaikan Parni Hadi saat menjadi salah seorang pembicara pada diskusi dengan tema “Peranan Media Menghadapi Bencana” yang diselenggarakan Forum Wartawan Peduli Bencana di Hotel Kesambi Hijau Semarang.

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho yang juga menjadi pembicara pada diskusi tersebut mengaku akan mendukung Forum Wartawan Peduli Bencana di Jateng ini.

“Media penting dalam penanganan bencana karena dapat mempengaruhi keputusan politik, mengubah perilaku, dan menyelamatakan nyawa manusia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya