Jateng
Senin, 20 Februari 2023 - 16:31 WIB

Berlangsung 425 Tahun, Inilah Tradisi Unik Kembang Kuning di Polobogo Semarang

Hawin Alaina  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang saat membawa tenong berisi makanan untuk acara Kembang Kuning Senin (20/2/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SEMARANG — Warga Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang memiliki tradisi unik, yakni Kembang Kuning. Tradisi itu menjadi daya tarik tersendiri bagi warga desa setempat.

Tradisi itu diyakini sudah berjalan selama 425 tahun. Sehingga, rangkaian peringatan haul sesepuh desa itu sangat dinantikan, baik warga Polobogo maupun luar daerah.

Advertisement

Ratusan warga dari empat dusun itu berbondong-bondong membawa tenong (bakul tempat makanan) yang berisi aneka makanan ringan dan nasi tumpeng di pagi hari. Makanan itu untuk dihidangkan dan disantap bersama di acara yang di pusatkan di Makam Kembang Kuning Desa Polobogo.

Pamong Budaya Kecamatan Getasan, Setyo Widodo, mewakili Kepala Desa (Kades) Polobogo, mengatakan acara Kembang Kuning ini merupakan tradisi haul umum Kiai Soreng dan Nyai Soreng yang dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam di desa setempat di masa lampau.

Advertisement

Pamong Budaya Kecamatan Getasan, Setyo Widodo, mewakili Kepala Desa (Kades) Polobogo, mengatakan acara Kembang Kuning ini merupakan tradisi haul umum Kiai Soreng dan Nyai Soreng yang dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam di desa setempat di masa lampau.

“Sebagai ungkapan rasa syukur, warga membawa sejenis tenong berisi aneka makanan. Nantinya disuguhkan kepada para peziarah yang mengikuti acara,” kata Setyo kepada Solopos.com, Senin (20/2/2023).

Acara ini digelar setiap tahun bertepatan Senin pahing di bulan Rajab. Tahun peringatan di tahun ini sudah mencapai ke-425.

Advertisement

Diakuinya acara ini menyita perhatian warga sekitar dan luar daerah Polobogo. Banyak yang menantikan acara rutin setiap satu tahun sekali tersebut.

Acara ini bisa bertahan selama ratusan tahun karena warga selalu melestarikan. Pemerintah desa juga selalu menyelenggarakan acara ini sejak zaman dahulu.

“Ini ada ratusan orang yang hadir dalam acara ini,” katanya.

Advertisement

Salah seorang warga, Lilik Suwati, mengaku sangat menunggu acara Kembang Kuning ini. Di waktu sebelumnya, acara itu sempat vakum karena Covid-19.

“Banyak orang luar wilayah juga yang menanti-nanti acara ini juga,” katanya.

Ia menceritakan ada dua makanan yang disediakan secara swadaya masyarakat di acara ini. Masing-masing berupa makanan ringan (kue, buah, dan lain-lain) dan makanan berat (nasi tumpeng).

Advertisement

“Mereka membawa makanan dari snack hingga makanan besar dan lauk-pauknya,” ungkapnya.

Setelah acara rampung, semua warga membuka open house. Siapa saja boleh berkunjung di rumah warga.

“Setelah acara ini selesai kita open house dari rumah ke rumah. Siapa saja boleh masuk ke rumah meskipun bukan saudara, bukan tetangga, kenal enggak kenal bisa masuk ke rumah,” terang Lilik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif