Jateng
Jumat, 26 Agustus 2022 - 19:30 WIB

Bikin Ikan Laut Awet 6 Bulan, Keriyes Rembang Terjual Ribuan Bungkus per Bulan

Afifa Enggar Wulandari  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengusaha UMKM asal Rembang, Widya Wijaya, menunjukkan produk olahannya berupa camilan Keriyes di Rumah BUMN Rembang, Jumat (26/8/2022). (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari).

Solopos.com, REMBANG — Salah satu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Rumah BUMN Rembang yakni merek Keriyes. Keriyes merupakan produsen camilan krispi yang diolah dari berbagai jenis ikan.

Sementara, Rumah BUMN Rembang merupakan program kemitraan bersama antara PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dengan PT Semen Gresik.

Advertisement

Usaha makanan dari olahan ikan laut ini berhasil menginovasi hasil tangkapan laut di Kota Rembang menjadi kuliner siap makan. Sang produsen meningkatkan nilai jual ikan yang biasanya dihargai sangat murah tiap kali panen menjadi keripik bernilai ekonomi tinggi.

Tim Ekspedisi UMKM 2022 yang digelar Solopos Media Group didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Telkom Indonesia, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Semen Gresik, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Shabat Warna Gemilang, dan Sun Star Motor berkesempatan berbincang dengan pemilik Keriyes, Jumat (26/8/2022).

Keriyes kali pertama diproduksi pada 2018. Owner Keriyes, Widya Wijaya, atau Widy mengatakan saat itu hasil tangkapan laut cukup melimpah. Lantas muncul ide dari istri Widy untuk membuat camilan dari hasil tangkapan laut.

Advertisement
Pengusaha asal Rembang, Widya Wijaya, menunjukkan produk olahannya berupa camilan Keriyes di Rumah BUMN Rembang, Jumat (26/8/2022). (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari).

Baca juga: Rumah BUMN Rembang Semen Gresik Catatkan Omzet Penjualan Rp2 Miliar

“Mulai 2018 mulanya dari ide istri hasil tangkap laut kalau waktu musim banyak itu enaknya diapakan,” kata Widy saat berbincang dengan Tim Ekspedisi Solopos, Jumat.

Pada tahun itu Widy juga membuat teri nasi crispy, olahan dari ikan teri nasi. Ia kemudian mengunggahnya di media sosial. Saat itu, ia belum tahu teknik packing produk, keripik Keriyes hanya dibungkus di plastik putih lalu ditempeli dengan sticker. Kala itu ia belum tergabung dengan Rumah BUMN Rembang.

“Coba dibuat crispy teri nasi kok setelah iseng diposting banyak yang tanya Rp20.000 per bungkus. Awalnya hanya stiker dan klip biasa,” kata dia,

Advertisement

Sebulan berjalan, penjualan teri nasi crispy mencapai 1.000 bungkus. Hal itu menjadi titik mula Widy meneruskan usaha olahan ikan tersebut. Bahkan dalam bulan pertama, penjualannya sudah mencapai luar Jawa sebab daya tahan produk mencapai enam bulan.

“Sebulan terjual seribu bungkus. [pembeli] Teman kenalan kolega, lewat medsos. Pengirimannya nyebar di luar pulau juga,” katanya.

Baca juga: RB Rembang Catat Penjualan Produk UMKM Rp1,8 Miliar, Ini Rahasianya

Namun, lagi-lagi hasil tangkapan laut selalu bergantung pada musimnya. Saat musim teri nasi sudah selesai, Widy harus berfikir lagi. Bahkan ia sempat mencari teri nasi hingga luar kota. “Kalau enggak ada bahan, berhenti produksi,” kata Widy.

Advertisement

Permintaan teri nasi crispy masih terus meningkat, sementara bahan dasar tak ia temukan. Akhirnya, Widy membuat produk olahan keripik renyah lainnya dari bahan cumi, udang, dan ikan kalapan sesuai dengan sesuai musimnya tangkapan.

“Ikannya musiman. Kalau luar kota enggak ada ya berhenti sementara. Begitu permintaan tinggi saya coba [ikan] lainnya kita crispy. Cumi, udang, ikan kalapan,” kata dia saat ditanya kendala produksi.

Kemudian pada 2020, Widy bergabung dengan Rumah BUMN Rembang. Ia mendapat berbagai pelatihan wirausaha serta manajerial bersama para pelaku UMKM dari Rembang

Sebelum bergabung dengan Rumah BUMN Rembang, omzet Keriyes hanya Rp3 juta hinnga Rp4 juta per bulan dengan packaging sederhana.

Advertisement

Baca juga: Didukung Semen Gresik, Hampers Buatan UMKM Rembang Terjual Ribuan Paket

Namun empat tahun setelahnya, Keriyes hadir dan bertahan dengan kemasan yang menarik dan warna-warni. Kini, omzet Keriyes mampu menyentuh angka Rp10 juta hingga Rp15 juta per bulan.

Tak hanya kenaikan pendapatan, Widy juga mempekerjakan tiga orang karyawan. Ia mampu memproduksi empat produk crispy dari empat jenis ikan laut. Ada pun varian rasa yang ia sediakan baru rasa original dan pedas.

“Gabung Rumah BUMN Rembang kita jualan di situ aja udah nambah omzet. Belum lagi kita mendapat ilmu, kita bisa lebih aktif mencari pasar lagi. Kami tertolong karena disediakan konsultasi desain gratis,” jelas dia.

Melalui pengemasan yang menarik dan aman, olahan tangkapan Laut Jawa itu juga telah masuk ritel modern. Widy mengatakan olahan ikan memang dari sisi harga cukup mahal, sehingga ia membidik pasar ritel modern.

“Untuk olahan ikan itu agak mahal jadi segmennya menengah ke atas. Yang kita bidik pusat oleh oleh, ritel modern,” jelasnya.

Advertisement

Baca juga: Perjalanan Dimulai, Ini Rute yang akan Ditempuh Tim Ekspedisi UMKM 2022

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif