SOLOPOS.COM - Ilustrasi perumahan (Rachman/JIBI/Bisnis)

Bisnis perumahan di Jawa Tengah diprediksi akan mengalami kenaikan harga seiring masih melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika.

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah memprediksikan akan terjadi kenaikan harga rumah pada akhir tahun sebagai dampak dari penguatan dolar Amerika Serikat yang tidak kunjung berakhir.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

“Kalau dolar AS masih terus menguat seperti saat ini pasti akan berdampak pada kenaikan harga rumah antara 8-10 persen,” kata Ketua REI Jateng MR Prijanto di Semarang, Senin (21/9/2015).

Menurut dia, saat ini kebanyakan para pengembang menjual stok rumah yang dibangun saat kondisi ekonomi masih stabil dan penguatan dolar AS belum terjadi sehingga harga material masih cenderung stabil.

“Lama-kelamaan tentu stok akan habis sehingga pengembang harus membangun rumah yang baru. Dengan begitu mereka harus menggunakan material bangunan yang harganya sudah mengalami penyesuaian,” katanya.

Selain dipicu oleh penguatan dolar AS, Prijanto mengatakan saat ini ongkos tenaga kerja juga sudah mengalami kenaikan. Jika sebelumnya, ongkos tenaga kerja di kisaran Rp60.000-70.000/orang saat ini naik menjadi Rp80.000/orang.

“Bahkan di beberapa kota besar tenaga kerja sudah meminta hingga Rp100.000/orang. Jadi kenaikannya cukup signifikan,” katanya.

Padahal, komposisi ongkos tenaga kerja dari keseluruhan ongkos produksi rumah mencapai 30 persen. Di sisi lain, kenaikan ongkos ini tidak bisa dihindari oleh para pengembang.

Faktor lain yang memicu kenaikan harga rumah adalah kenaikan harga material bangunan. Namun yang menarik, bukan material impor yang mengalami kenaikan signifikan tetapi justru material lokal yaitu pasir.

“Sudah beberapa hari terakhir ini harga pasir mengalami kenaikan hingga 20 persen. Kenaikan harga ini karena ketersediaan pasir khususnya dari Muntilan Magelang mulai menipis,” katanya.

Dari sisi kualitas, pasir dari pegunungan lebih baik untuk bangunan terutama pada proses pengecoran. Sedangkan kualitas pasir sungai tidak sebaik pasir dari pegunungan.

“Para pengembang tentu lebih memilih pasir dari pegunungan, jadi lebih baik harus membeli mahal daripada menurunkan kualitas,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya