Jateng
Kamis, 22 Februari 2024 - 18:13 WIB

Blak-blakan! Dinkes Jateng Ungkap Kendala dalam Imunisasi Polio Serentak

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tangkapan layar acara media breefing terkait capaian imunisasi polio di Jateng, Kamis (22/2/2024). (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengaku menemukan sejumlah kendala dalam pelaksanaan imunisasi polio atau Sub PIN Polio secara serentak yang telah digelar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah (Jateng) pada putaran pertama maupun putaran kedua lalu. Kendala itu ternyata tidak terletak pada faktor edukasi, melainkan topografi dan budaya masyarakat, khususnya di wilayah perkotaan.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinkes Jateng, Yunita Dyah Suminar, dalam acara media breefing bertajuk Peran Media Menyelamatkan Anak Indonesia dari Polio. Acara yang digelar secara daring, Kamis (22/2/2024), ini diikuti jurnalis dari berbagai media.

Advertisement

Dyah mengaku di wilayah perkotaan seperti Salatiga, Semarang, Kota Pekalongan, Kota Tegal, Solo, dan Magelang, pihaknya harus bekerja ekstra keras untuk mencapai target vaksinasi polio 95%.

“Kesulitan kita malah bukan diedukasi. Tapi jangkauan, khsuusnya daerah kota. Contoh Semarang itu detik-detik akhir tercapai target 95 persen. Meski ada daerah lebih dari 100 persen capaiannya, kalau ada yang di bawah 95% tetap berbahaya. Ini [95%] harus universal [merata di 35 kabupaten/kota] agar tercipta herd immunity,” terang Dyah.

Advertisement

“Kesulitan kita malah bukan diedukasi. Tapi jangkauan, khsuusnya daerah kota. Contoh Semarang itu detik-detik akhir tercapai target 95 persen. Meski ada daerah lebih dari 100 persen capaiannya, kalau ada yang di bawah 95% tetap berbahaya. Ini [95%] harus universal [merata di 35 kabupaten/kota] agar tercipta herd immunity,” terang Dyah.

Selain itu, budaya masyarakat perkotaan yang terkesan tidak acuh membuat capaian imunisasi polio melambat. Banyak warga perkotaan yang tak acuh atau malas untuk meluangkan waktu mengantar anak mendapatkan imunisasi polio.

“Padahal kita sudah door to door. Tapi ketika ketuk pintu, yang keluar anjingnya. Itu sulitnya kota. Sementara desa cenderung mudah, mereka percaya dengan kader-kader kita,” sambung perempuan yang pernah menjabat sebagai Pj Bupati Cilacap itu.

Advertisement

Secara terperinci, capaian Sub PIN Polio di Jateng per 31 Januari 2024 atau putaran pertama, tercatat mencapai 3.947.555 sasaran atau 101,1%. Meski demikian, bila di lihat dari segi usia, pada anak 0-59 bulan hanya diimunisasi sebanyak 2.278.236 (93%), 5-7 tahun 1.004.891 (102,6%) dan anak 7 tahun 664.428 (133,7%).

“Maka di putaran kedua ini saya minta harus cari kembali anak di bawah usia 5 tahun, karena capaian minimal harus 95%,” tegasnya.

Dyah menambahkan pada 2023 lalu, capaian imunisasi di Jateng tidak terlalu bagus. Hal itu dikarenakan tidak semua daerah mampu mencapai target sasaran 95%. Catatan Dinkes Jateng, hanya ada 14 kabupaten/kota yang capaian imunisasi polio mencapai 95%.

Advertisement

“Dan faktor kenapa bisa ada kasus polio di Jateng, tepatnya Klaten kemarin, penyebab utamanya adalah virus saat perjalanan ke Madura. Balik kena demam lumpuh. Saat diperiksa ternyata sang anak imunisasi polionya belum lengkap. Maka kekebalannya dipertanyakan,” ujarnya.

Perwakilan Unicef Jateng dan Bali, Arie Rukmantara, mengatakan Sub PIN Polio membuat adanya capaian yang masif dan merata di tiap kabupaten/kota. Bahkan menurutnya juga terjadi perubahan perilaku di masyarakat.

“Bila kita amati tak hanya statistik yang naik. Tapi perilaku juga. Di lapangan kita lihat banyak adik-adik yang ingin atau minta diimunisasi. Sampai mempersiapkan diri karena dianggap kegiatan sukarela. Ini bisa menjadi campaign kedepan, bahwa imunisasi polio itu sebenarnya sangat penting dan tidak membahayakan,” terang Arie.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif