SOLOPOS.COM - Tim Ekspedisi Energi 2021 Solopos Media Group sampai di kawasan Blok Cepu, Bojonegoro, yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited, Rabu (11/8/2021). (Solopos/Suharsih)

Solopos.com, BLORA — Cepu adalah sebuah kecamatan yang secara administratif berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Tempat ini memiliki salah satu ladang minyak bumi terbesar di Indonesia yang eksis sejak zaman Belanda.

Blok Cepu adalah kilang minyak tertua di Indonesia. Wilayahnya meliputi Kabupaten Blora di Jawa Tengah dan Kabupaten Tuban dan Bonjonegoro di Jawa Timur. Dihimpun dari Wikipedia, Kamis (17/2/2022), kilang minyak ini sudah eksis sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya sekitar 1870.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Baca juga: Pemkab Bojonegoro Garap Hamparan Minyak Bumi Jadi Objek Wisata

Kilang minyak ini kali pertama dieksplorasi perusahaan Belanda, Royal Dutch/Shell DPM (Dordtsche Petroleum Maatschappij) sebelum Perang Dunia II. Sumur Ledok-1 adalah sumur pertama di Blok Cepu yang dibor pada 1893. Sumur ini berada di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora yang kini sudah berusia ratusan tahun.

Sampai saat ini tapi kegiatan penambangan minyak di sana masih dilakukan hingga saat ini. Sumur ini sempat dijadikan tempat pendidikan Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas Bumi) tahun 1965.

Baca juga: Serunya Wisata ke Umbul Sidomukti Bandungan, Airnya Jernih Banget

Drama ladang yang cekungannya masuk dalam Jawa Timur bagian timur laut ini dimulai saat pemerintah memberikan izin Technical Evaluation Study (TES) kepada perusahaan milik anak bungsu Presiden Soeharto, Tommy Mandala Putra atau yang dikenal Tommy Soeharto, yang bernama Humpuss Patragass.

Krisis Ekonomi ’98, Blok Cepu Jatuh

Dalam perjanjian tersebut, Humpuss Patragas memiliki izin untuk melakukan eksplorasi ulang sumur-sumur tua di Blok Cepu, baik yang sudah ditemukan minyaknya maupun baru ditemukan. Namun karena keterbatasan Humpuss Patragass dalam hal teknis dan dana, penggalian lebih dalam tidak dapat dilakukan sehingga yang diambil hanyalah minyak yang berada di lapisan dangkal.

Humpuss kemudian menggandeng Ampolez, p[erusahaan eksplorasi minyak dari Australia untuk bekerjasama dengan perjanjian, Ampolex mendapatkan saham 49 persen dan Humpuss masih menjadi operator Blok Cepu.  Di tengah jalan,  Aploleks diakuisi oleh Mobil Oil yang berakibat pada penghentian pengeboran sumur pada 1996. Hingga akhirnya, Humpuss menjual semua sahamnya kepada Mobil Oil saat krisis ekonomi 1998 melanda pada 1998.

Baca juga: Asal Usul Lawang Bledeg di Masjid Demak, Penangkal Petir?

Setelah kegagalan perusahaan Tommy Soeharto tersebut, hak eksplorasi lapangan Cepu dibeli oleh ExxonMobil. mereka menggunakan resolusi tinggi saat melakukan seismik3-D untuk pemetaan lapisan bawah permukaan. Berita mengejutkan muncul saat anak perusahaan ExxonMobil bekerjasama dengan Pertamina untuk menemukan sumber minyak mentah dengan kandungan 1,478 miliar barel dan gas mencapai 8,14 miliar kaki kbuk di lapangan Banyu Urip.

Masalah kemudian timbul saat ExxonMobil dan Pertamina terlibat dalam negosiasi yang panjang untuk pembagian dan pengerjaan. Tahun 2006, Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-6 dan memecat dewan direksi Pertamina, lalu menunjuk ExxonMobil sebagai operator utama.

Dari situ, dibentuklah perjanjian kontrak pengelolaan Blok Cepu selama 30 tahun. antara ExxonMobil, Pertamina dan pemerintah. Dalam hal ini, ExxonMobil dan Pertamina mendapatkan saham masing-masing 45 persen, sedangkan 10 persen untuk pemerintah setempat dengan perincinan 4,48 persen untuk Kabupaten Bonjonegoro, 2,18 persen untuk Kabupaten Blora dan 2,24 persen untuk Jawa Timur dan 1,09 persen untuk Jawa Tengah.

Baca juga: Benarkah Tidak Ada Petir di Demak? Begini Faktanya

Blok Cepu, Kilang Minyak Terbesar di Indonesia

Dilansir dari berbagai sumber, berdasarkan SKK Migas tahun 2019 silam, Blok Cepu tercatat menghasilkan 220.0000 barel minyak per hari (bph). Jumlah ini membuat Blok Cepu menempati urutan pertama sebagai pengasil minyak terbesar di Indonesia pada 2019. Kementerian Energi dan Smber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa angka tersebut lebih tinggi daripada yang ada di pengajuan pengembangan yang telah disetujui di awal, yakni sebesar 165.000 bph.

Djoko Siswanto, yang kala itu masih menjabat sebagai Dirjen Migas pernah mengungkapkan, peningkatan produksi ini terjadi berkat pemasangan fasilitas alat pendingin (cooler) yang dilakukan ExxonMobil selaku operator Blok Cepu.

Baca juga: 11 Tahun Lagi Minyak Bumi Indonesia Bakal Habis

Fasilitas cooler, imbuh Djoko, paling tidak bisa mempertahankan produksi blok Cepu sesuai Rencana Program dan Anggaran (WP&B) sampai 2020. Kini, Blok Cepu didulat sebagai andalan utama lifting minyak nasional menggeser Blok Rokan yang hanya memproduksi rata-rata 190 ribu bph lantaran masuk dalam kategori mature. Sementara itu, dilansir dari laman Instagram @beritasatu, produksi minya Blok Cepu pada 2021 silam telah mencapai 475 juta barel secara keseluruhan.

Jumlah ini melebihi target dalam rencana pengembangan (plan of development/POD) sebesar 450 juta barel. Pemerintah mendorong pengembangan potensi migas di blok ini agar produksinya tidak turun signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya