SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Budidaya udang dilakukan warga Desa Ketawangrejo, yang sebagian mengaku sebagai mantan preman.

Kanalsemarang.com, PURWOREJO- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo siang ini panen udang di tambak di Desa Ketawangrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo. Seusai panen, Ganjar terkejut karena tambak tersebut ternyata berdiri di tanah negara dan belum berizin, sedangkan pemiliknya merupakan preman tobat.

Promosi BRI & E9pay Perkuat Kolaborasi Tingkatkan Layanan Finansial bagi PMI di Korsel

Usai mencoba sendiri melempar jala dan memanen udang, Ganjar kemudian berdialog dengan para pengelola tambak yang berasal dari warga sekitar. Ganjar terkejut ketika salah satu pemilik, Yusman mengatakan kalau ia belum punya izin mengelola usaha di tanah negara yang mangkrak itu.

“Ini sudah sejak awal 2013. Di sini dulu tanah tidak produktif, punya negara. Sementara belum izin, pak,” kata Yusman, Kamis (10/9/2015).

“Wah belum izin, jangan sampai seperti Urut Sewu, sampai lama itu. Izin semua yang punya kolam, bilang sama Bupati,” jawab Ganjar dengan bahasa Jawa.

Kemudian pengelola lainnya, Kiswandi meminta bantuan kepada Gubernur untuk membantu untuk pengurusan izin. Ia mengaku tidak ingin kembali ke kehidupannya yang kelam sebagai preman terminal.

“Ya kami memohon bantuan BBM, sama izin pemakaian (lahan), bukan untuk memiliki. Lindungi kami jangan sampai kami kembali ke masa kelam,” tandas Kiswandi.

“Oh, di sini dulu terkenal preman-preman, ya?” kata Ganjar.

“Saya termasuk mantan preman terminal,” timpal Kiswandi.

Desa Ketawangrejo termasuk desa dengan tingkat kemiskinan tinggi. Mayoritas penduduknya bertani dan angka kriminalitas di desa tersebut cukup tinggi di masa lalu. Warga kemudian memanfaatkan lahan pasir non produktif bekas penambangan PT Aneka Tambang.

Sejak tahun 2013, warga melakukan budidaya udang vanname dengan memanfaatkan lahan seluas 19,05 hektar untuk 127 petak. Sementara itu warga yang tergabung dalam kelompok Mina Loka Jaya berhasil mengelola tambak dengan baik bahkan juara I Kategori pembudidayaan udang pada penilaian kinerja kelompok dan kelembagaan bidang perikanan budidaya tingkat provinsi Jawa Tengah.

“Insya Allah kami akan maju tingkat nasional, pak,” kata Yusman kepada Ganjar.

Yusman juga menjelaskan, untuk lepas dari masa lalu kelam sebagai preman, kelompoknya berusaha mencari modal untuk membuat tambak tersebut. Modal awal untuk satu kolam tambak yaitu Rp 140 juta yang ditanggung anggota kelompok berjumlah 10 orang.

“Modal Rp140 juta dari pembuatan kolam, lahan, pemasangan plastik molsa, beli peralatan, benur, pakan dan operasional, sampai panen,” terang Yusman.

Meski awalnya sempat mengalami rugi karena wabah white feses, ternyata bulan-bulan berikutnya keuntungan cukup menggiurkan. Untuk satu kolam, satu orang bisa untung rata-rata Rp 2 juta perbulan, padahal satu orang mengelola tiga kolam.

“Sudah panen 7 kali. Panen pertama rugi Rp 15 juta. Kedua untung Rp 60 juta. Sebulan saya untung Rp 6 juta dari tiga kolam,” terang Yusman.

Melihat potensi pengentasan kemiskinan dari tambak tersebut, Gubernur Ganjar mewanti-wanti agar warga yang mengelola segera mengurus izin. Ganjar tidak ingin ada lagi perkara serupa Urut Sewu.

“Para petambak udang segera urus izin pemanfaatan lahan yang merupakan milik negara agar tidak ada permasalahan,” tegas Ganjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya