Jateng
Rabu, 17 April 2024 - 17:02 WIB

Cerita di Balik Pelarungan Kepala Kerbau dalam Tradisi Pesta Lomban Jepara

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Senin (9/5/2022). (Antara/Yusuf Nugroho)

Solopos.com, JEPARA — Pesta Lomban yang merupakan tradisi Syawalan masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), kembali digelar pada tahun ini, tepatnya Rabu (17/4/2024). Tradisi ini pun diawali dengan pelarungan kepala kerbau di laut Jepara.

Tradisi Pesta Lomban merupakan tradisi yang rutin digelar setiap tahun sepekan setelah lebaran atau saat acara Syawalan. Tradisi ini sudah digelar sejak ratusan tahun lalu.

Advertisement

Setiap tahun, tradisi ini pun diikuti ribuan masyarakat baik yang berasal dari Jepara maupun luar daerah. Mereka sejak pagi sudah memadati TPI Ujungbatu untuk mengikuti prosesi pelarungan kepala kerbau di tengah laut.

Sebelum proses pelarungan, kepala kerbau ditata terlebih dahulu dalam sebuah miniatur berbentuk kapal. Selain kepala kerbau, dalam miniatur kapal itu juga dihiasi berbagai perlengkapan sesaji seperti bunga dan lain-lain.

Advertisement

Sebelum proses pelarungan, kepala kerbau ditata terlebih dahulu dalam sebuah miniatur berbentuk kapal. Selain kepala kerbau, dalam miniatur kapal itu juga dihiasi berbagai perlengkapan sesaji seperti bunga dan lain-lain.

Kepala kerbau yang akan dibawa ke laut itu merupakan hasil penyembelihan di Rumah Potong Hewan (RPH) Jobokuto. Sedangkan daging kerbau itu dimasak, kemudian dibagikan kepada masyarakat untuk disantap saat pergelaran wayang kulit di TPI Ujungbatu.

Sebelum pelarungan kepala kerbau, acara Pesta Lomban juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni dan pelantunan doa. Setelah rangkain acara itu selesai, miniatur berisi kepala kerbau diarak menuju kapal utama untuk kemudian dibuang ke laut.

Advertisement

Ungkapan Syukur

Penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta, mengatakan tradisi Pesta Lomban dengan pelarungan kepala kerbau itu merupakan warisan budaya masyarakat Jepara yang sudah digelar secara turun temurun. Tradisi itu digelar sebagai ungkapan rasa syukur, masyarakat Jepara, khususnya para nelayan, kepada Tuhan Y.M.E. Selain ungkapan syukur, masyarakat juga berharap limpahan rezeki dari hasil laut sebagai mata pencarian nelayan Jepara.

“Semoga kita semua senantiasa diberikan keselamatan dan keberkahan. Mari kita laksanakan prosesi [Pesta Lomban] dengan penuh semangat dan kegembiraan,” kata Edy, Rabu.

Edy menceritakan tradisi pelarungan kepala kerbau ini konon bermula dari kisah penyelamatan dua pejabat Kadipaten Jepara yang berlayar ke Karimunjawa pada tahun 1855. Kala itu, perahu mereka terombang-ambing karena badai hingga akhirnya ditolong dua tokoh bernama Ki Rangga Mulya dan Cik Lanang.

Advertisement

“Dari peristiwa itu kemudian diselenggarakan syukuran dengan melarung sesajen ke laut. Proses melarung itu kemudian menjadi sebuah acara tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan nama Lomban,” terangnya.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Jepara, Sudiyatno, berharap para nelayan dianugerahi hasil laut yang melimpah. Termasuk senantiasa diberikan keselamatan saat beraktivitas di laut.

“Nelayan berharap di Muara Kaliwiso dibangun breakwater agar terlindung dari ombak besar,” ujar Sudiyatno.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif