SOLOPOS.COM - Septina Ika Kadarsih Kepala Sekolah SD Negeri Sugihan 3 Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah saat menyetir sendiri mobil antar jemput siswa Senin (11/9/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN – Tak ingin menyerah dengan keadaan sekolah yang selalu kekurangan murid, Kepala SD Negeri (SDN) Sugihan 3, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), rela membeli mobil antar-jemput untuk para siswa dari kantong pribadi.

Hal ini dilakukan Kepala SDN Sugihan 3 itu demi menarik minat siswa untuk pergi ke sekolah. Apalagi SDN Sugihan 3 selama ini dikenal sebagai sekolah yang terletak di kawasan terpencil atau jauh dari permukimaan warga.

Promosi Harga Saham Masih Undervalued, BRI Lakukan Buyback

Kondisi itu pun membuat perempuan yang karib disapa Ika itu memutuskan membeli mobil Suzuki Carry keluaran tahun 1988, yang difungsikan sebagai mobil sekolah. Ia pun harus rela menjual motor kesayangan anaknya demi membeli mobil tersebut.

“Beli [mobil] hasil penjualan motor anak saya. Sudah sekitar setahun lalu, Rp15 juta. Kemudian, dimodifikasi sebagai mobil antar-jemput siswa. Tapi, memang seringnya buat mengantar siswa pulang [sekolah]. Diantar sampai ke rumah masing-masing,” ujar Ika kepada Solopos.com, Senin (11/9/2023).

Ika menyebut saat ini seluruh siswa di SDN 3 Sugihan 3 menggunakan jasa mobil antar-jemput miliknya itu. Total ada 25 siswa yang diantar-jemput dalam dua rombongan.

“Yang paling dekat di sekitar sekolah sampai siswa yang rumahnya di wilayah Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Siswa di sini memang banyak juga yang dari Boyolali,” bebernya.

Diakuinya, jarak rumah siswa dengan sekolah yang cukup jauh membuat Ika merasa kasihan. Ia pun rela menjadi sopir antar-jemput karena keterbatasan tenaga yang khusus mengantar dan menjemput siswa.

“Jadi di sekolah ini ada 10 tenaga pendidik, terdiri dari 9 perempuan dan satu laki-laki. Kalau yang laki-laki pas ada halangan, ya saya sopir sendiri ke rumah siswa, bagi-bagi tugas,” ujarnya.

Beli BBM

Dikatakan, setiap hari siswa yang menggunakan jasa mobil antar-jemput itu harus membayar Rp2.000. Uang itu digunakan sebagai pengganti bahan bakar mobil.

“Istilahnya hanya untuk ganti bensin. Alhamdulillah orang tua juga tidak keberatan, karena selain anak lebih cepat sampai rumah, mereka juga merasa aman dan nyaman karena didampingi guru,” ungkapnya.

Seorang siswa kelas IV, Yusuf Eka Saputra, mengaku senang dengan adanya mobil antar-jemput tersebut. “Jadi tidak terlambat, kalau dulu berangkat sekolah pukul 06.00 WIB jalan kaki dari rumah. Senang juga di mobil bersama teman-teman, bisa barengan tidak sendiri-sendiri,” kata siswa yang rumahnya terletak di Candi, Kecamatan Ampel, Boyolali itu.

SDN Sugihan 3 di Kecamatan Tengaran, memang terletak di wilayah perbatasan antara Boyolali dengan Kabupaten Semarang. Moda transportasi di wilayah ini pun masih sangat terbatas, sehingga keberadaan mobil antar-jemput siswa itu pun dirasa sangat bermanfaat bagi warga.

Hal itu pun turut diamini Kepala Korwilcambiddik Kecamatan Tengaran, Eko Lesmono, yang menyebut ada 33 SD di wilayahnya, di mana 12 di antaranya menerapkan sistem antar-jemput siswa.

“Ada yang kerja sama dengan pihak ketiga dan juga beli mobil sendiri. Selain faktor wilayah dan geografis, mobil ini [antar-jemput] bisa memberikan kenyamanan dan keamanan untuk siswa. Apalagi saat ini banyak orang tua yang karena kesibukannya, tidak bisa antar-jemput anak,” tutur Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya