SOLOPOS.COM - Watu Bobot Jepara. (Istimewa/kudusnews.id)

Solopos.com, JEPARA — Watu bobot merupakan sebuah batu yang disakralkan warga Desa Batealit Jepara, Kecamatan Batealit, Kabupaten Jepara. Ada sebuah cerita rakyat yang mengisahkan watu bobot tersebut merupakan bola api yang dijatuhkan ke Pulau Jawa sebagai pemberat.

Melansir dari perpusbbjateng.kemendikbud.go.id, berkembangnya cerita rakyat yang konon katanya keberadaan watu bobot berkaitan dengan terbentuknya Pulau Jawa.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Kisah ini diawali ketika Sang Hyang Wenang menciptakan pulau-pulau di Arcapada. Dari waktu ke waktu pulau-pulau terbentuk semakin baik dan sempurna.

Pulau-pulau itu pun telah menempati posisinya masing-masing. Namun, ada satu pulau, yakni Pulau Jawa yang masih bergejolak dan terombang-ambing.

Oleh karena itu, dipakulah Pulau Jawa agar tidak terbawa arus samudera. Kendati sudah dipaku, pulau itu masih juga belum tenang.

Paku bumi itu malah disemburkan keluar. Bekas semburan itu pun kemudian menjadi gunung berapi.

Mengetahui hal itu, raja para dewa, Batara Guru, memerintahkan Batara Narada mencari cara agar Pulau Jawa tidak lagi terombang-ambing. Berbagai cara sudah dilakukan agar Pulau Jawa tidak terus bergejolak. Akan tetapi, upaya-upaya itu tidak membuahkan hasil.

Akhirnya, Batara Narada meminta saudara laki-lakinya, Batara Ismaya untuk membantunya. Batara Ismaya menyarankan agar Batara Narada memberi pemberat di atas Pulau Jawa.

Ia menyuruh Batara Narada mengambil sebuah bola api. Bola api itu terdapat di sebuah kawah yang bernama kawah Candradimuka.

Batara Narada pun pergi ke kawah Candradimuka. Dengan kesaktiannya, Batara Narada segera mengambil sebuah bola api yang cukup besar.

Kemudian, dibawanya bola api itu ke suatu tempat di Pulau Jawa. Batara Narada segera menjatuhkan bola api itu. Bola api itu pun menjadi batu.

Seketika itu juga Pulau Jawa tenang dan berhenti bergejolak. Karena batu itu menjadi pemberat sehingga Pulau Jawa tidak terombang-ambing, dinamakanlah batu itu watu bobot.

Akhirnya, Batara Ismaya memohon kepada Batara Guru agar diizinkan menjaga watu bobot. Batara Guru pun meluluskan permohonan Batara Ismaya.

Turunlah Batara Ismaya ke dunia untuk menjaga watu bobot. Batara Ismaya pun menjelma menjadi manusia dan berganti nama menjadi Ki Lurah Semar.

Saat ini, watu bobot itu hanya tinggal bekasnya karena wujud batunya sudah tidak ada. Situs bekas watu bobot berada di Desa Batealit, Jepara.

Di dekatnya terdapat tempat pemandian. Pemandian ini terdapat dua tempat yang terdiri atas pemandian laki-laki (sendang lanang) dan pemandian perempuan (sendang wedok).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya