SOLOPOS.COM - Alif Subroto, petani milenial asal Kopeng, Kabupaten Semarang, Jateng, saat menunjukkan kubis di kebunnya yang sebentar lagi panen, Kamis (12/1/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SEMARANG – Profesi petani dewasa ini jarang diminati, terutama oleh kalangan muda atau milenial. Namun tidak bagi Alif Subroto, 33, pemuda asal Kopeng, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ini, justru sudah menekuni profesi sebagai petani sejak usia 20 tahun.

Dari bertani ini pula, Alif mengaku mendapatkan berbagai benefit. Bahkan, ia mengaku mampu membeli sebuah mobil merek Honda CRV dari hasil panen tanaman kubis di ladangnya.

Promosi Bertabur Bintang, KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2024 Diserbu Pengunjung

“Saya itu penah waktu tanam kubis, sekali panen bisa dapat mobil CRV. Harganya ratusan juta rupiah. Sekitar lima tahun lalu,” ujar Alif saat dijumpai Solopos.com di kebunnya, Kamis (12/1/2023).

Alif membenarkan jika profesi petani saat ini memang jarang diminati, terutama oleh kalangan muda. Senada dengan pernyataan Alif, data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyatakan jika mayoritas petani di Indonesia saat ini masih didominasi generasi X, yakni usia 41-56 tahun sekitar 38,02 persen, Sedangkan generasi Y, yakni kalangan usia 25-40 tahun masih sangat minim atau sekitar 21,92 persen. Sementara untuk generasi Z, di bawah usia 24 tahun lebih sedikit, yakni sekitar 2,24 persen.

Meski demikian, Alif mengaku di kampungnya justru banyak petani dari kalangan muda. Banyak yang memilih jadi petani menyusul tidak adanya jaminan pekerjaan setelah selesai mengenyam perguruan tinggi.

“Kalau di dusun saya, Tanggulangin, perbatasan Kopeng dengan Magelang itu hampir 80 persen, pemuda bertani,” ungkapnya.

Diakuinya pemuda di desanya memilih menjadi petani karena sudah turun temurun. Selain itu, lulus dari sekolah tinggi atau perguruan tinggi juga tidak menjamin mendapat pekerjaan dengan gaji yang bagus.

Sementaara, bertani bisa langsung bekerja dan memperoleh hasil yang cukup menjanjikan. Bahkan, pemuda di kampung Alif, banyak yang sudah mampu membeli mobil dan membangun rumah pada usia di bawah 30 tahun. Mereka mendapat penghasilan yang layak dari hasil panen cabai.

Selain membangun rumah dan membeli barang mewah, banyak juga petani milenial di Kopeng yang memilih membeli tanah untuk investasi. Ia pun mengaku sudah membeli tanah hampir satu hektare dari hasil pertanian yang ditekuni selama 12 tahun.

Namun, Alif mengaku menjadi petani tidaklah semudah membalikkan tangan. Terkadang, petani juga mengalami kerugian jika hasil panen kurang bagus.

“Seperti kemarin, pernah dua kali panen zonk. Tapi, sekali panen berikutnya bisa menutupi,” jelasnya.

Oleh karenanya, ia pun memberikan tip bagi generasi milenial yang ingin bertani. Salah satunya adalah mau bersosialisasi dengan rekan-rekan sesama petani. Dengan demikian, trik-trik bertani yang bagus bisa saling membagikan seperti penggunaan pupuk yang tepat maupun pestisida yang baik untuk tanaman.

“Selain itu tidak boleh gampang malu. Kebanyakan kan [enggak mau bertani] karena malu. Makanya, jangan malu, kemudian mau kerja keras dan sering sharing sama teman-teman. Di sini juga ada kok komunitas petani milenial,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya