SOLOPOS.COM - Ilustrasi terik matahari dampak El Nino saat musim kemarau. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat di Jawa Tengah (Jateng) mewaspadai dampak fenomena El Nino yang terjadi selama musim kemarau panjang. Selain memicu kekeringan, minimnya curah hujan yang terjadi saat El Nino juga berpotensi meningkatkan jumlah titik api, sehingga makin meningkatkan kondisi rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan.

“Sektor lain yang sangat terdampak [El Nino] seperti pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang berujung krisis pangan,” ujar Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah (Jateng), Sukasno, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/6/2023).

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Untuk diketahui, El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Adanya pemanasan SML ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudra Pasifik Tengah sehingga mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Jateng.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terkait kondisi iklim di Jateng, BMKG pun menyimpulkan jika fenomena El Nino akan terjadi mulai Juni 2023 hingga akhir tahun nanti. Kondisi ini pun akan berpengaruh pada tingkat kekeringan dan musim kemarau yang panjang.

BMKG juga memprakirakan sebagian wilayah Jateng mengalami curah hujan yang sangat rendah hingga 20 mm per bulan. Bahkan, ada beberapa wilayah yang tidak mengalami hujan sama sekali saat puncak musim kemarau pada bulan Juli dan Agustus nanti.

“Langkah strategis yang bisa dilakukan yakni dengan optimalisasi penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung, dan sebagiannya untuk menyimpan air di sisa musim hujan. Ini bisa dimanfaatkan pada periode musim kemarau. Langkah itu bisa mengurangi risiko kekurangan air baik bagi kebutuhan masyarakat maupun kebutuhan pertanian,” imbuh Sukasno.

BMKG juga memprakirakan musim kemarau di wilayah Pantura dan sebagian timur Jateng terjadi sejak pertengahan April 2023. Sedangkan puncak musim kemarau tahun ini diprakirakan terjadi pada Agustus 2023.

“Memasuki musim kemarau, diimbau kepada pemerintah dan masyarakat mewaspadai potensi kekeringan dan karhutla. Selain itu diimbau mengantisipasi dampak bencana akibat cuaca iklim dengan efisiensi penggunaan air karena adanya potensi kekeringan,” jelas Sukasno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya