Jateng
Kamis, 9 Oktober 2014 - 07:55 WIB

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM : Organda Semarang Minta Tarif Transportasi Baru Diterbitkan

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Transaksi solar bersubsidi (Dok/JIBI/Solopos)

Transaksi solar bersubsidi (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Kanalsemarang.com, SEMARANG— Organisasi gabungan angkutan darat (Organda) Semarang berharap pemerintah segera memastikan tarif baru untuk transportasi umum menyusul wacana kenaikan harga BBM subsidi sebesar Rp3.000/liter.

Advertisement

“Kalau harga BBM subsidi dinaikkan artinya tidak ada lagi BBM subsidi, sehingga kami berharap cepat diikuti dengan penyesuaian tarif baru,” jelas Penasihat Organda Kota Semarang Dedi Sudiardi seperti dikutip Antara, Rabu (8/10/2014).

Menurutnya, untuk keputusan besaran tarif transportasi kelas ekonomi menjadi kewenangan dari pemerintah, sedangkan untuk nonekonomi menjadi kewenangan pemilik armada umum.

“Meski demikian, kami sebagai pengusaha angkutan umum tetap akan berupaya untuk mengajukan besaran kenaikan tarif transportasi ekonomi,” jelasnya.

Advertisement

Upaya tersebut bertujuan agar tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan karena besaran kenaikan tarif yang tidak sesuai. Menurutnya, besaran kenaikan tarif harus dihitung secara cermat sehingga jangan sampai terjadi dampak buruk yang mengikuti kebijakan kenaikan tarif tersebut.

“Jangan sampai penumpang terbebani karena kenaikan tarif yang terlalu tinggi atau mungkin pengusaha transportasi umum yang kesulitan beroperasi karena kenaikan yang terlalu rendah,” jelasnya.

Untuk mengimbangi kenaikan tarif transportasi umum, pihaknya berharap agar pemerintah juga ikut menaikkan UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota) agar masyarakat tetap memiliki daya beli yang tinggi.

Advertisement

“Kalau UMK tidak dinaikkan ada potensi terjadi penurunan jumlah penumpang, itu mungkin saja terjadi karena penumpang merasa kesulitan kalau harus membayar tarif transportasi umum yang tidak sesuai dengan kemampuan mereka,” jelasnya.

Sementara itu, Dedi tidak memungkiri potensi penurunan jumlah penumpang di awal pemberlakukan tarif baru sangat mungkin terjadi. Hal tersebut terlihat dari kejadian yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif